Mohon tunggu...
Bagus Suminar
Bagus Suminar Mohon Tunggu... Wakil Ketua ICMI Orwil Jawa Timur, Dosen UHW Perbanas Surabaya dan Pemerhati SPMI Perguruan Tinggi

Ayah dgn 2 anak dan 1 cucu, memiliki hobi menciptakan lagu anak dan pemerhati manajemen mutu pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformasi SPMI: Dari Administrasi ke Budaya Mutu yang Hidup

27 Maret 2025   19:02 Diperbarui: 27 Maret 2025   19:27 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Selama ini, banyak institusi pendidikan tinggi memandang Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sekadar sebagai kewajiban administratif. Dokumen disusun, laporan dibuat, dan lembar-lembar form diisi demi memenuhi regulasi. Namun, apakah SPMI hanya soal kertas dan prosedur? Saatnya kita membuka cakrawala baru: SPMI adalah jantung dari perbaikan berkelanjutan, motor penggerak mutu yang hidup di setiap napas institusi.

Dalam pedoman terbaru Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (2024), SPMI ditegaskan bukan hanya perangkat birokrasi, melainkan wujud nyata dari komitmen institusi terhadap budaya mutu. Implementasinya harus menjiwai seluruh aktivitas tridharma perguruan tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Baca juga: Antara Ideal dan Realitas: Apa Isi Kebijakan SPMI Kampusmu?

SPMI Adalah Gerakan Perubahan

Perlu kita sadari bahwa transformasi SPMI dimulai dari perubahan paradigma. Jika sebelumnya orientasi mutu hanya datang dari tekanan eksternal (seperti akreditasi), kini dorongannya datang dari dalam --- dari semangat untuk terus bertumbuh dan menjadi lebih baik. SPMI bukan alat kontrol, melainkan cermin refleksi dan kompas arah pengembangan institusi.

Gerakan ini harus bersifat kolektif. SPMI yang efektif melibatkan seluruh sivitas akademika: dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa. Budaya mutu tumbuh jika ada keterlibatan dan komitmen bersama. Ini bukan tugas satu unit penjaminan mutu saja, melainkan tanggung jawab kolektif yang melekat dalam setiap aktivitas.

Baca juga: Merumuskan Mission Differentiation: 5 Langkah Menuju Kampus Otentik

Budaya Mutu: Hidup, Bergerak, dan Terukur

Budaya mutu tidak hadir seketika. Ia tumbuh melalui konsistensi, komunikasi, dan keterbukaan terhadap evaluasi. Budaya ini hidup jika nilai-nilai mutu menjadi bagian dari keputusan sehari-hari: dari perencanaan program studi hingga pelayanan kepada mahasiswa. Dengan demikian, mutu bukan hanya slogan --- ia menjadi napas dan karakter institusi.

Keberhasilan membangun budaya mutu terlihat dari kemauan untuk berubah dan keberanian untuk mengakui kekurangan. Ini memerlukan pemimpin yang visioner dan komunitas akademik yang proaktif. Dalam konteks ini, SPMI menjadi instrumen yang menghidupkan semangat continuous improvement, selaras dengan prinsip Total Quality Management (TQM).

Baca juga: Mission Differentiation: Rahasia Kampus Kecil Bisa Unggul di Tengah Kompetisi Nasional

PPEPP: Siklus Kehidupan SPMI

Konsep PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) bukan sekadar prosedur standar, melainkan siklus kehidupan SPMI itu sendiri. Inilah kerangka kerja yang memastikan bahwa mutu tidak stagnan, tetapi terus bergerak maju. Setiap tahapan dalam PPEPP memiliki makna penting dalam memastikan hasil yang terukur dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun