Mohon tunggu...
Bagus Sudewo
Bagus Sudewo Mohon Tunggu... Gen Z | Contributor Writer

Salam Literasi!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Filosofi Permainan Tradisional: Belajar Kepemimpinan & Strategi dari Congklak hingga Gobak Sodor

26 Agustus 2025   00:11 Diperbarui: 27 Agustus 2025   07:19 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi flashback memori bermain di lapangan kampung (unsplash.com/Mehdi Najjar)

Dulu, tawa riang pecah di sore hari, memantul di antara debu yang beterbangan di lapangan kampung. Ingatkah saat bayangan tubuh kita memanjang di atas tanah yang hangat, diiringi seruan abadi "Hom-pim-pa alaium gambreng!" untuk menentukan kawan dan lawan.

Udara dipenuhi teriakan penuh semangat, aroma tanah kering, dan sensasi genggaman tangan erat saat bermain. Momen-momen itu, yang kini terasa jauh, adalah panggung pertama kita mengenal dunia.

Pernahkah terlintas di pikiranmu, jika pelajaran paling berharga tentang strategi, kepemimpinan, dan resiliensi pertama kali kita kuasai dari permainan yang kita mainkan di lapangan kampung itu? Bukan dari seminar mahal atau buku bisnis.

Di tengah gempuran teknologi dan teori manajemen modern, kita mungkin lupa bahwa kearifan lokal dalam permainan tradisional seperti congklak, egrang, dan gobak sodor adalah sebuah "universitas kehidupan". Jauh sebelum kita mengenal istilah teamwork atau problem-solving, permainan-permainan itu telah mengajarkannya secara otentik.

Artikel ini akan membawamu kembali ke lapangan berdebu itu, untuk membongkar kembali filosofi kepemimpinan dan strategi yang tersembunyi di dalamnya, dan relevansinya yang tak lekang oleh waktu di dunia modern.

Congklak: Filosofi Mengelola Sumber Daya & Investasi Masa Depan

Pada papan kayu berlubang, permainan congklak dimulai. Esensinya sederhana yaitu ambil seluruh biji dari satu lubang, lalu sebarkan satu per satu searah jarum jam, mengisi setiap lubang yang dilewati hingga biji di tangan habis.

Namun, di balik gerakan ritmis itu, tersimpan simulasi manajemen strategis yang mendalam. Biji-biji congklak bisa kita jadikan metafora sumber daya (waktu, modal, atau peluang) yang nilainya baru muncul saat digerakkan dengan bijak.

Setiap putaran adalah pelajaran tentang perencanaan jangka panjang. Pemain ahli tidak hanya mengambil dari lubang terkaya, tetapi mengorbankan keuntungan sesaat untuk memicu putaran yang lebih panjang atau mengincar "lumbung" lawan. Ini adalah seni menunda kepuasan, cerminan dari prinsip "menabur untuk menuai nanti".

Lebih dari itu, congklak adalah arena untuk keberanian mengambil risiko yang terukur. Keputusan untuk "menembak" lubang lawan atau mengosongkan aset terbesar demi putaran kemenangan adalah pertaruhan yang menuntut keberanian.

Permainan ini mengajarkan bahwa kesuksesan sejati bukanlah tentang akumulasi serakah, melainkan tentang kearifan menyebar investasi, keberanian berkorban, dan visi untuk membangun masa depan yang kokoh, biji demi biji.

Gobak Sodor: Strategi Kekompakan Tim untuk Menembus Batasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun