Mohon tunggu...
B Pradana
B Pradana Mohon Tunggu...
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

accidental entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money

Berwirausaha Itu yg Penting Langsung Praktik Saja? Itu Juga Mitos

9 Februari 2012   05:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:52 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ada banyak mitos dalam dunia entrepreneur. Dan yg bikin susah, mitos2 itu sudah telanjur mengakar. Ibarat virus, sudah tersebar kemana2 sehingga agak sulit utk meluruskannya. Bahkan di jaman dimana informasi bisa mengalir tanpa hambatan sama sekali ini, tetap sulit meluruskannya.

Salah satunya, mitos di judul ini. Memang ada benarnya bahwa praktek atau action, dalam entrepreneur adalah bagian yg sangat penting. Namun bukan satu2nya yg paling penting. Action kalau tidak dilandasi pengetahuan yg cukup juga berbahaya. Entrepreneurship menurut Drucker adalah practice. Bukan sekedar asal terjemah menjadi praktik action secara sempit. Namun praktik persis spt dokter, atau engineer, atau lawyer, dst. Artinya begini, jika ada masalah dihadapi seorang entrepreneur, maka dia akan melakukan diagnosa spt layaknya seorang dokter mendiagnosa penyakit yg diderita pasiennya. Dia akan memeriksa dng teliti, kalau perlu data tambahan dia akan menyuruh ke lab. Kemudian melakukan tindakan medikasi. Kasih resep, dan obat. Lalu amati hasilnya.

Nah, praktik spt dokter tsb, tidak cukup asal praktik. Dia perlu belajar ilmu kedokteran secara mendalam selama sekian tahun. Melewati proses belajar dari textbook, perkuliahan, laboratorium, ujian, dst. Tidak ujug2 praktik jadi dokter. Dukun saja melewati proses tirakat utk menjadi dukun. Demikian juga seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur sejati akan lahir dari proses belajar dan berpikir yg panjang. Hanya saja, proses belajarnya tentu saja berbeda2 spt perbedaan belajar seorang calon dokter dng proses belajar seorang engineer.

Teori yg baik lahir dari praktik yg baik. Demikian pula sebaliknya, praktik yg baik, dilandasi teori yg kuat. Keduanya sesungguhnya merupakan satu kesatuan. Ketika salah satu diabaikan, yg terjadi tentunya ketidakseimbangan. Hanya saja, sy amati ke sekeliling lingkungan sy, yaitu teman dan saudara2 yg memilih utk menempuh jalan entrepreneur, kebanyakan lemah di pengusaan teori. Kebanyakan menjalankan praktik entrepreneurship berbasiskan streetsmart. Hantam kromo. Ikut naluri. Pokoknya mengalir saja.

Itu baru satu mitos. Masih banyak mitos2 lainnya. Misalnya, banyak mitos yg menjadi seorang entrepreneur adalah mereka yg berjiwa pemberani, suka menghadapi resiko, dst. Waduh. Pertama, seorang entrepreneur justru paling benci dng resiko (Warren Buffet, meskipun dalam hal ini dia maksudkan utk investor, namun sy pikir berlaku jg utk entrepreneur).  Karena tidak menyukai resiko, maka dia akan sangat berhati2 dalam mengambil keputusan dan tindakan. Utk mengurangi resiko, dia akan mempelajari setiap keputusan dan tindakan yg akan dia ambil. Kedua, keberanian, kreativ, inovatif,  dan karakter lain yg biasa dilekatkan pada image seorang entrepreneur bukanlah monopoli karakter seorang entrepreneur. Itu karakter2 yg diperlukan siapa saja dalam menghadapi kehidupan. Siapa saja.

Akhirnya, ini semua cuma pemikiran sy pribadi. Karena sy suka membaca buku2 berkenaan dng teori2 dunia entrepreneur sedikit banyak jadi terpengaruh. Buku2 yg biasa sy baca meliputi buku2 strategi, management, dan marketing. Tidak melulu textbooks, tapi banyakan dari buku pemikiran ttg management dr penulis2 jadul (spt Drucker tadi). Karena tidak selalu dari textbook, maka kerangka pikir yg terbangun tidak terlalu sistematis (bisa dilihat dari gaya penulisan sy yg kurang runtut, cenderung melompat2). Agak melompat2. Tapi bagi sy pribadi tidak terlalu masalah krn ini semua memang masih proses belajar, dan selamanya memang akan selalu belajar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun