Mohon tunggu...
tubagus hidayat
tubagus hidayat Mohon Tunggu... Freelancer

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain"

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Segala Sesuatu Diukur dengan Uang

15 April 2025   07:02 Diperbarui: 6 Mei 2025   23:35 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-tangerang1/baca-artikel/17310/Mengenal-Uang-dengan-Lebih-Dekat.html

Di zaman yang serba cepat dan penuh tuntutan ini, kita semakin akrab dengan pemandangan bahwa segala sesuatu diukur dengan uang. Tak hanya barang dan jasa, bahkan nilai manusia, hubungan sosial, dan pencapaian hidup pun kerap kali ditakar dengan nominal rupiah. Masyarakat perlahan, tanpa sadar, bergeser dari pola hidup berbasis nilai menjadi hidup berbasis transaksi.

Saat uang menjadi satu-satunya tolok ukur keberhasilan, maka definisi kesuksesan pun menyempit. Orang yang sederhana, jujur, dan berbudi pekerti tinggi dianggap biasa saja jika tidak memiliki kekayaan. Sebaliknya, seseorang bisa dipuja hanya karena penampilan glamor dan saldo rekeningnya, meski nilai moralnya dipertanyakan.

Hubungan manusia pun berubah. Dalam dunia yang segalanya dihitung untung-rugi, persahabatan bisa digadaikan demi bisnis, keluarga bisa retak karena warisan, dan cinta bisa dijual demi gaya hidup. Relasi menjadi transaksional, bukan lagi emosional atau spiritual. Akibatnya, manusia kehilangan makna sejati dari keberadaan dan kebersamaan.

Dunia pendidikan pun tak lepas dari pengaruh ini. Pendidikan yang seharusnya membentuk karakter dan peradaban, justru sering dinilai dari biaya, fasilitas, atau prospek penghasilan lulusan. Nilai-nilai luhur seperti kejujuran, empati, dan cinta belajar mulai terpinggirkan oleh ambisi menjadi "orang sukses" dalam arti materialistik semata.

Padahal, tidak semua yang berharga bisa diukur dengan uang. Keikhlasan seorang ibu, doa seorang guru, ketulusan seorang sahabat, atau senyuman seorang anak---semuanya tak ternilai oleh angka. Kekayaan sejati bukan hanya apa yang ada di dompet, tapi apa yang ada di hati dan dibagikan kepada sesama.

Sudah saatnya kita kembali menata ulang cara pandang. Uang penting, namun bukan segalanya. Mari kita kembalikan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aspek kehidupan. Ukurlah hidup bukan hanya dengan seberapa banyak yang kita miliki, tapi juga seberapa dalam kita memberi, mencinta, dan berarti bagi orang lain

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun