Mohon tunggu...
Mbah Bagong Waluyo
Mbah Bagong Waluyo Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Biasa di panggil Bagong oleh almh. Ibu, sebagai penghormatan padanya .

Seorang Mbah yang terlahir ngapak di Kebumen Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Anak Mami

13 Maret 2021   11:11 Diperbarui: 13 Maret 2021   11:18 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernikahan adalah sebuah proses melanjutkan keturunan antara dua insan yang sudah bersepakat dan dilangsungkan secara sah hukum agama dan hukum Negara, tentu saja sebuah pernikahan itu akan berlangsung jika masing-masing pihak sudah melakukan langkah awal melamar dan seterusnya sampai pada keputusan menetapkan hari kapan dilangsungkan akad dan resmi menjadi pasangan suami istri.

Dalam bab proses sampai pada terjadinya akad, antar kedua mempelai adalah wilayah calon mempelai dan keluarga kedua belah pihak, namun sesungguhnya setelah hingar bingar pernikahan tersebut terdapat jalan panjang dan tidak semuanya akan lurus, kadang ada jurang, ada batu datang menghadang, bahkan kadang harus terjun bebas bersama pasangan, ini yang kemudian perlu mendapatkan perhatian khusus pasangan tersebut, sebab kedua orang tua mereka sesungguhnya tidak bisa dan tidak seharusnya untuk diajak membereskan lika liku perjalanan pasca pernikahan, anda berdualah yang harus mulai menyelesaikan secara bijak dan toleran.

Terlebih ketika berbicara mengenai kapan mulai punya anak, berapa anak yang akan direncankan, ini yang memerlukan kebijakan dan toleransi bersama. Andai pernikahan  itu sebatas pada selesai perayaan kemudian selesai juga masalah yang akan dihadapi, maka tidak terdengar kabar perceraian disana sini, justru pasca pernikahanlah yang kemudian memerlukan kesepakan kedua belah pihak, termasuk ketika ingin memiliki anak atau tidak memiliki anak.

Namun perlu anda cermati bahwa sesungguhnya pernikahan itu adalah melanjutkan estafet keturunan, artinya sebuah pernikahan akan terlihat sudah membuahkan hasil jika salah satu tolok ukurnya adalah anak yang sudah diperoleh.

Ada sebuah pertanyaan khas dan klasik ketika anda bertemu dengan saudara atau kolega yang pertama kali ditanyakan pasti berkisar berapa anakmu, sekolah dimana sekarang anakmu, tidak ditanyakan berapa mobilmu, berapa rumahmu, berapa duitmu, ini menandakan bahwa pernikahan dan mempunyai anak adalah hal yang sangat di dambakan oleh semua orang.

Sebetulnya ketika anda sudah menuju pelaminan dan sah, kedua belah pihak sudah siap apapun  akan dilalui besama dan disana ada kesepakatan perjanjian yang secara tidak langsung sudah anda ucapkan sebagai mempelai pria, saya terima nikahnya bla bla dengan mas kawin bla bla, tunai...dan sah... saksi-saksi dan penghulu menandatanginnya, di kalimat saya terima nikahnya, termaktub secara tidak langsung segala konsekuensi termasuk ketika memiliki anak adalah bagian dari itu. Begitu juga ketika diucapkan dengan mahar/mas kawin bla bla yang sudah disiapkan, maka sesungguhnya wanita itu juga sudah menyepakati akan konsekuensi ketika memiliki anak. Maka silahkan direncanakan bersama ketika paska hingar bingar pernikahan itu.

Namun tidak semudah yang dibayangkan, tetapi menjadi mudah kalau tidak hanya sekedar dibayangkan namun direalisasikan, dalam terminologi agama anak adalah titipan sang Maha Pencipta, yang menitipkan itu sang Maha Kaya, artinya sesungguhnya tinggal kedua belah pihak merawat anak tersebut dengan menggunakan aturan Tuhan pasti Tuhan tidak tinggal diam atas anak yang dititipkan kepada pasangan tersebut.

Titip menitip anak sesungguhnya dalam masyarakat jawa sudah berlangsung sejak dahulu kala "ngenger" dititipakan anak kepada saudara yang lebih mampu secara ekonomi dan lebih pandai pendidikan dengan harapan dapat mengangkat harkat dan martabat anak tersebut, tradisi ngeger ini bukan menghilangkan tanggung jawab sebagai orang tua atas anak, akan tetapi semangatnya adalah mendidik anak agar mandiri, tekun, tidak manja, rajin belajar, serius, karena ikut pada orang yang bukan ayah ibunya, dan tidak menjadi anak mami.

Terkait berapa jumlah anak sesungguhnya, dapat di diskusikan dan saling toleran, sebab sebuah pernikahan bukan teletak pada paras cantik dan tampan saja, karena tampan dan cantik itu sementara, setelah punya anak bahkan jika sudah berumur cantik dan tampan sudah tidak nampak dimata, tetapi cantik dan tampan itu letakan saja pada hati anda berdua, sehingga akan langgeng pernikahan sampai tua.

Artinya berbicara memiliki anak mesti toleran anda berdua, ingat anda adalah pasangan suami istri, bukan orang lain,  jadi tata krama, unggah ungguh ketika berdiskusi tentang apapun termasuk memiliki keturunan di untaikan dengan bahasa kasih dan sayang sebagai suami dan istri, bukan sebagai konsultan psikolog. Sikap-sikap toleran ini yang nantinya akan berlanjut ketika mulai mendidik anak, membesarkan, mengarahkan dan mencarikan pendidikan yang layak pada anak-anak kita, kita ingat tentang istilah anak mami, dalam era sekarang anak mami akan mengalami ketinggalan jika kita masih terapkan, anak mami membuat anak tidak mandiri secara realita dan pshikologis, bahkan akan merepotkan orang tua, yang perlu ditanamkan adalah mandiri secara pribadi dan semangat pantang patah arang. Nah proses pendidikan untuk membuat anak menjadi fight dalam dunia nyata juga perlu anda diskusikan bersama, tidak pat gulipat, bim salabim, ada tangga-tangga pshikologis yang perlu disiapkan oleh pasangan.

Setelah memiliki anak apakah sudah selesai? Belum, berdiskusi kembali secara bijak dan santun tentang karir anda juga, jika anak sudah berapa tahun memiliki adik lagi, jika sudah punya adik bagaimana pola asuhnya, pola belajarnya, pola pendidikannya, apakah perlu pendidikan khusus, atau cukup dengarn orang tua saja, yang paling perlu diingat adalah, hindarkan ketergantungan anda berdua pada orang tuan anda masing,  jika anda tidak ingin disebut anak mami.

Bijak dan toleran dalam merumuskan hidup dalam diri pasangan suami istri adalah hal yang sangat diperlukan, sebab pernikahan adalah amanat yang perlu dijaga bersama-sama sampai pada kelak menghadap yang Maha Kuasa.

Bagong Waluyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun