Mohon tunggu...
Bagindo Arrahman
Bagindo Arrahman Mohon Tunggu... -

Hidup adalah perjuangan dan perjuangan adalah syarat hak mutlak hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Angkasa Meraya, Dikau Merasa

25 Desember 2013   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1387959762377032481

ANGKASA MERAYA, DIKAU MERASA Aku mulai menulis kembali. Menulis hal yang hilang musnah terhapus. Tulisan kedua yang melengkapi makna. Tidak ada kepatutan bagi siapapun untuk wajib mengerti,,, dan tidak jua siapapun. Menulis jemari hantarkan derai kata-kata alat makna, lebih tajam dan meruncing jelas dari mulut tertahan kuasa jahanam serakah kuasa binasa.... Menulis tak seindah namun sekuat nyata dan jua tak terhukum pasti bagi sang empu mata duniawi pembaca. Tulisan tak kepatutan faedah, ku peruntukan bagi jiwa-jiwa tanpa ampun yang pernah mengalami mati, bukan jua mati yang engkau maksudkan kini....!!! Bilik hina ku ini bukan khalayak harus menilai tulisan, ia angggaplah kicauan merpati udara.... Tidak ada wajib, tidak harus kewaspaan,,, fanatik simbol-simbol ambigu yang bawa terpaksa. Walau sakit, tulisan kerendahan hati yang malang mengalir kinanti. Ku harap berbahagia pena berganti nada. Sendiri bukannlah ketakutan bagi tulisan. Sendiri surga bagi suratan. Bukan jua surga dinanti harapan, cukuplah tatap merpati seiring udara.... Sudah lama MATA ku nanti sua kabar. Bangkai bringasan mencari hulu membalang, engkau itu ternyata tak lebih jauh mendatang. Kau ternyata mendekat hariban. Cukup lama dan menggila berhadapan sengkuni sesak dunia, bajingan-bajingan tengik berbaju tak tahu alasan mengapa ku menggila. Kepalsuan apa yang kurang terjadi? ia sesembahan untuk tulisan prasasti. Engkau ku dapatkan jua...... Prawankah mata tulisan hanyut dalam renungan pra-benua? Kusangka monumen namun kenangan. Kusangka ramai orang memuja pusara, tak disangka alpa kesungguhan pencarian. Tulisan membahana karana, jiwa itu tak musnah. Untuk mata itu,,,,sapa ku penuh birahi angkara, tertipu sembada selama sebelum ini dan bahagia di gengngaman pena akhirnya... Bangsa dipenuhi bangsat bermandikan wewangian. Jika semerbak bukanlah bangsat namun bangsat mangsa pemangsa sesama. Sudah menggumal dan bergundal sang tulisan dalam topeng pencarian, bangsat tak menyangka merpati tepat singgah melaju. Tulisan tapak merpati, mungil.... Tetaplah berharap kepalsuan dibalik suara, aku tercenung pena. Setan alas biadab ber-adab, dedemit nyaris prasangka merdeka. Hembus buyar hanyut mempasir ombak samudera. Engkau hadapkan tulisanku kepermukaan ilalang, menutupi wajah sengsara rekuasa... Merpati tepat akan bermandikan darah pemuja. Tahun depan ini tepat sudah hempas terhenyak semalam. Setan berserah diri dalam simbol kefanatikan, serakah dunia tak mampu dikembalikan. Apakah simbol kalian kotak penuh kekakuan atau bulat menghamil perut dengan isi maling hak merpati???? Sulit membedakan? Namun tulisan mampu merobek-robek kebohongan kertas legam yang kalian putihkan...!!! Pena sahabat ilalang benderang.Ilalang berakar merajut bebatuan, tak akan hempas kalian hinjak-hinjak makian..... Antara benci, rindu dan kesedihan. Harapan, tantangan membentang benua ketakutan berita melahap manisnya lautan cinta bratakala. Megah yang terkesan sederhana, sakit terkesan wal ‘afiat, tak dapat MATA tertikam hujaman rencana kalian. Merpati berencana tandingan,,,,tulisan membangun istana rumput ilalang... Lahaplah setumping harapan hampa. Namun ingatlah juwita berada, tak akan nampak baginya senyum pertiwi jika rencana gerus bergulir,,, terusan. Tahun depan adalah banjir sesak umpan siksaan bagi hamba-hamba sengkolo, sengkuni bertabir kulit kepalsuan yang tak mampu mengudara sembadra.... Tahun menanti bangkai, calon bakal dosa permalukan diri sendiri, tak tahu perbedaan Merah Putih Gelam... Untuk MATA yang hantarkan kesungguhan birahi tulisan mencari, aku sembur udara nafas cinta lantunan nyanyian merpati senggama....... Kini dan terus melengkapi isi tabir merekah benang merah rapih merajut asmara Perjuangan. Merpati bahagia meski pintu terbuka, ia tampak menutup sayap rajawali merana. Tak sanggup membuka dada merpati yang akan membutakan mata wacana. Meliuk kepala berdecik bahana, martabak penuh pasir itu penah menjadi santapan tulisan berjalan siang dan malam. Lembut bulu tercampak ludah gadis semuda padi. Kurus merpati bermandikan air bah cucian pakaian sampah bekas piring bangsawan bangsa. Malang merpati terbawa hembusan awan hingga terjatuh tidur beralaskan beton aspal, simpang tol jakarta-****** KM34. Tidur bermandikan mentari mengeringkan dahaga kelelahan. Diatas segalanya merpati terhujam air hina kotoran persing kencing pemuda BMW B.432*RX, setelah dahaga bercinta dengan belia amis, upah menanti setumpuk harta sekejab mata. Entah kemana harga diri pemuda ?tak nampak.... Satu persatu nampak hilir mudik, persaingan menanti. Pesakitan menunggu, percintaan antar kemunafikan menunggu menungging. Kilauan menggoda kasih, memaksa tenggelamnya surya menata. Menohok dalam kuntul irama jangkrik malam. Pekik gadis kecil menangis kelaparan iba. Gaduh hati ibunda menunggu kakandanya pulang menjual puing sisa lemari peninggalan, demi irama perut yang mengguncang aras. Hingga malam tak jua bersahabat memberikan ketenangan hati ibunda dan ayah yang iklas membiarkan pujaan hati tertidur kenyang, sedang mereka gigil mengikat batu selendang, mengerat pinggang menipu lapar dan kenyang. Tangisan merpati membahana kepak-kan sayap agar tanggal semua busana membulu, ikut mati dalam keparan keluarga dimata. Mengancam sang alam keadilan, menantang penyerahan bangkainya untuk santapan mereka. Berdentum gempar singgah sana, sang Sahabat Abadi pujaan hati kejut terpana merpati. Papah paruh merpati dalam tumpukan gabah. Semalam merpati mengumpulkan harapan butir gabah keadilan keluarga dimata, iba…. Hingga pagi sekarung gabah bersimbah depan pintu hamba Tuhan. Suara hentakan mahkota merpati dan pintu membangunkan para hamba. Merpati terseok lelah,,, menghindar diri dalam kesunyian tumpukan sampah, menunggu kebahagian keadilan akan tiba pada mereka. Tangis haru sembah sujud syukur lantunan keberadaan gabah, haru ke-esaan Tuhan. Kesekian kali merpati bernyanyi terbang menuju istana langit, disana mengamati bahagia sentosa perut kenyang iba hamba-hamba. Kesekian kalinya merpati menantang nyawa, menantang aturan demi keadilan, melawan takdirnya, melawan lemahnya demi MATA harapan…. Renungan Diraja lintas benua tak sunyi temaram senja. Punggawa mati, tak akan mati. Mati jalan adalah dunia, merpati memilih singgah angkasa. MATA telah diraih, tak ragu seberkas mentari sejuk mentari mengitari embun cinta pagi.... Bagi payungku, hitam. Bagi langkahku Kuning. Demi hijau alam. Jalan ini bukanlah takdir. Udara nafas merona duduklah merpati menunggu........................................................... Merpati sedakep cinta, lebur dalam kinanti kidung merepih, tegar dalam goyah lahar gunung rakitan. Kasih sulit mengerti, mengapa merpatilah sahabat sejati rajawali, raja diraja para wali. Merpati, punggowo poro pati dan patih. Merpati selip dalam kesunyian, hening….. Terselip dalam bunian rangka tulang belulang homo sapiens. Tergoda umat serakah dunia, lupakan leluhur, lupakan cucu kemenakan, lupakan kelahiran kedua…. Merpati tak akan lupa manisnya lahir jiwa merana, sesak untuk dapat menangis pertama melihat dunia dan ibunda…. (Created By Me=B. Arrahman. Re-lease= angkasa meraya, dikau merasa)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun