Mohon tunggu...
Bagas Budi Hermawan
Bagas Budi Hermawan Mohon Tunggu... -

Nama saya Bagas Budi Hermawan, saya tinggal di daerah Jawa Timur Kota Bojonegoro, saat ini saya sedang menempuh ilmu di suatu Universitas swasta di Yogyakarta, tepatnya di Universitas Teknologi Yogyakarta, saya mengambil jurusan S1 Teknik Sipil.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kurang Kokohnya Nasionalisme di Indonesia

29 Maret 2015   21:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:49 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“KURANG KOKOHNYA NASIONALISME DI INDONESIA”

Indonesia adalah negara bangsa yang plural, baik dilihat dari sisi etnis, ras, agama, dan kepercayaan. Pembicaraan mengenai nasionalisme dan multikulturalisme bersifat posteriori karena beberapa konsep harus dibicarakan lebih dahulu sebelum membahas isu tersebut. Menurut pendapat saya, dalam hal ini tentu banyak diwarnai oleh pemikiran antropologi, konsep-konsep yang harus dibicarakan lebih dahulu setidak-tidaknya adalah sukubangsa, kesukubangsaan, bangsa, negara-bangsa, dan kebangsaan. Keragaman, atau kebhinnekaan atau multikulturalisme merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, lebih-lebih lagi pada masa kini dan di waktu-waktu mendatang. Multikulturalisme secara sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah  negara atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Sebaliknya, tidak ada satu negarapun yang mengandung hanya kebudayaan nasional tunggal.

Lalu bagaimanakah kita bisa membangun kebudayaan dan peradaban atau nasionalisme kita terhadap Indonesia di tengah realitas keragamansuku, agama, ras, gender, adat istiadat, tradisisosial?Lebih rumitlagi, Indonesia bahkan mengandung masyarakat-masyarakat yang berada dan hidup pada tingkat kebudayaan atau peradaban yang berbeda-beda. Sebagian bangsa kita masih hidup dalam budaya pra-agraris; lalu sebagian besar dalam budaya agraris; sebagian lagi dalam budaya industri; dan sebagian kecil sudah masuk budaya asing.

Masalah yang dihadapi berkaitan dengan masyarakat Indonesia yang multikultural sangat rumit. Dalam bentuk multikulturalisme ini, masyarakat Indonesia harus memiliki kebudayaan yang berlaku umum yang coraknya seperti sebuah mosaik. Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Konsep tentang multikulturalisme sendiri sebetulnya jugabukanhal baru di Indonesia. Kesadaran multikultur sudah muncul sejak benih Indonesia mulai tumbuh pada masa Kebangkitan Nasional. Perkembangan-perkembangan pokok pada masa ini adalah munculnya ide-ide baru mengenai organisasi serta dikenalnya definisi-definisi baru dan lebih canggih tentang identitas. Selama ini unsur pemersatu Bangsa Indonesia adalah negara dan Pancasila yang sekaligus merupakan titik puncak kebudayan dan peradaban Indonesia. Akar kata darimultikulturalisme adalah kebudayaan.

Problema Pendidikan Multikultural di Indonesia memiliki keunikan yang tidak sama dengan problema yang dihadapi oleh  negara lain. Problem ini mencakup hal-hal kemasyarakatan yang akandipecahkandenganPendidikanMultikulturaldan problem yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis budaya. Problem tersebut dapat dijadikan bahan pengembangkan Pendidikan Multikultural di Indonesia ini.

Menurut pandangan saya tentang modernisasi, nasionalisme seharusnya tidak lagi relevan di dunia individualis pasca pencerahan, karena nasionalisme itu berbau kesetiaan primodial dan solidaritas yang berbasis asal-usul dan kebudayaan yang sama. Maka, kalau kita kini menyaksikan “goyahnya” nasionalisme di Indonesia, hal ini mungkin disebabkan antara lain oleh masuk dan berkembangnya pemikiran liberal dalam ilmu-ilmu sosial di Indonesia, dan menjadi bagian dari cara ilmu-ilmu sosial memikirkan negara-bangsa dan nasionalisme kita sendiri.

Sebagai contoh tentang salah satu isuaktual yang saya ulas mengenai bangsa dan negara kita saat ini adalah kurang kokohnya nasionalisme. Keragaman budaya saat ini membutuhkan adanya kekuatan yang menyatukan seluruh pluralitas negeri  ini. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, kepribadian nasional dan ideologi negara merupakan hargamati yang tidak bisa ditawar lagi dan berfungsi sebagai  kekuatan integrasi. Saat ini Pancasila kurang mendapat perhatian dan kedudukan yang semestinya sejak isu ke daerahan semakin semarak. Persepsi sederhana dan keliru banyak dilakukan orang dengan menyamakan antara Pancasila itu dengan ideologi Orde Baru yang harus ditinggalkan.

Pada masa Orde Baru kebijakan dirasakan terlalu tersentralisasi, sehingga ketika Orde  Baru tumbang, maka segala hal yang menjadi dasar dari Orde Baru dianggap jelek, perlu ditinggalkan dan diperbarui, termasuk di dalamnya Pancasila. Tidak semua hal yang ada pada Orde Baru jelek, sebagaimana halnya tidak semuanya baik. Ada hal-hal yang tetap perlu dikembangkan. Nasionalisme perlu ditegakkan namun dengan cara-cara yang edukatif, persuasif dan manusiawi bukan  dengan pengerahan kekuatan. Sejarah telah menunjukkan peranan Pancasila yang kokoh untuk menyatukan kedaerahan ini. Bangsa Indonesia sangat membutuhkan semangat nasionalisme yang kokoh untuk meredam dan menghilangkan isu yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa ini.

Semoga opini yang saya sampaikan ini dapat bermanfaat bagi kehidupan bangsa ini dan menjadi cambuk bagi warga negara Indonesia agar mengertiakan pentingnya nasionalisme terhadap bangsa dan negaranya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun