Masalah etika merupakan isu universal yang dihadapi oleh seluruh manusia di berbagai komunitas, karena etika dan etiket senantiasa menjadi pedoman dalam menilai perilaku baik atau buruk dalam pergaulan (Dunggio, 2019). Pemahaman tentang etika tidak hanya penting bagi kalangan remaja atau siswa, tetapi juga bagi orang tua, teman sebaya, dan masyarakat luas yang kerap kali masih kurang memahami nilai-nilai etis (Aprilia, 2022). Sebagai contoh, masih banyak ibu-ibu yang menyerobot antrean di warung atau supermarket, remaja yang membuang sampah sembarangan atau puntung rokok di jalan. Meskipun tampak sepele, kebiasaan tersebut memiliki dampak besar apabila dibenahi untuk menjadi lebih baik (Uno, 2013).Â
Berdasarkan wawancara dengan guru Bimbingan Konseling (BK) di Sekolah Nurul Hasaniah, ditemukan bahwa praktik etika dalam pergaulan di lingkungan sekolah masih belum ideal. Hal ini terlihat dari sejumlah perilaku siswa yang belum memahami cara berinteraksi secara sopan dengan guru, seperti bermain saat guru sedang mengajar, mengganggu teman yang sedang belajar, keluar masuk kelas tanpa izin, hingga tidak mengerjakan tugas dari guru (Suryani, 2017). Guru BK juga mengungkapkan adanya kelompok-kelompok kecil atau geng di antara siswa yang menciptakan rasa tidak nyaman dan minder bagi siswa lainnya. Selain itu, hasil wawancara dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa meskipun mereka dituntut untuk menghormati guru, mereka juga berharap untuk mendapatkan penghargaan dan respek dari guru. Etika dalam pergaulan sangat dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan yang damai, tertib, dan harmonis baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Shifa, 2017).Â
Masalah etika merupakan isu universal yang dihadapi oleh seluruh manusia di berbagai komunitas, karena etika dan etiket senantiasa menjadi pedoman dalam menilai perilaku baik atau buruk dalam pergaulan (Dunggio, 2019). Pemahaman tentang etika tidak hanya penting bagi kalangan remaja atau siswa, tetapi juga bagi orang tua, teman sebaya, dan masyarakat luas yang kerap kali masih kurang memahami nilai-nilai etis (Aprilia, 2022). Sebagai contoh, masih banyak ibu-ibu yang menyerobot antrean di warung atau supermarket, remaja yang membuang sampah sembarangan atau puntung rokok di jalan. Meskipun tampak sepele, kebiasaan tersebut memiliki dampak besar apabila dibenahi untuk menjadi lebih baik (Uno, 2013).Â
Berdasarkan wawancara dengan guru Bimbingan Konseling (BK) di Sekolah Nurul Hasaniah, ditemukan bahwa praktik etika dalam pergaulan di lingkungan sekolah masih belum ideal. Hal ini terlihat dari sejumlah perilaku siswa yang belum memahami cara berinteraksi secara sopan dengan guru, seperti bermain saat guru sedang mengajar, mengganggu teman yang sedang belajar, keluar masuk kelas tanpa izin, hingga tidak mengerjakan tugas dari guru (Suryani, 2017). Guru BK juga mengungkapkan adanya kelompok-kelompok kecil atau geng di antara siswa yang menciptakan rasa tidak nyaman dan minder bagi siswa lainnya. Selain itu, hasil wawancara dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa meskipun mereka dituntut untuk menghormati guru, mereka juga berharap untuk mendapatkan penghargaan dan respek dari guru. Etika dalam pergaulan sangat dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan yang damai, tertib, dan harmonis baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Shifa, 2017).Â
Bagas Ary Permana, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMJ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI