Mohon tunggu...
P.Herman Baeha
P.Herman Baeha Mohon Tunggu... -

Pemerhati hidup keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Gubernur Ahok, Janganlah Jadi Yesus Masa Kini

26 Agustus 2015   10:04 Diperbarui: 26 Agustus 2015   10:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Gubernur Basuki Tjahaya Purnama, yang lebih dikenal dengan Gubernur Ahok, yang memimpin DKI Jakarta, sangat menggerahkan. Apalagi sekarang udara sudah semakin panas karena lama hujan tidak turun-turun, tambah panas saja. Ketika masih sebagai Wakil Gubernur, kalau ada langkahnya yang cenderung meresahkan, masih ada Joko Widodo, sebagai Gubernur kala itu, yang mampu menyahdukan semua suasana. Sekarang dengan jadi nomor satu di DKI Jakarta semua karakternya terlepas bebas begitu saja. Wakil Gubernur tak bisa menjadi rem penahan atau bamper tempat benturan.

Langkahnya mau memberantas korupsi, merubah mental pegawai pemda DKI agar berkinerja maksimal, mau membawa Jakarta dalam perubahan yang signifikan terutama dalam hal transportasi umum, taat hukum dan bebas banjir, siapa pun pasti mengacungkan jempol kepadanya. Keberaniannya yang tidak pernah kendor, nyalinya yang tak pernah surut, sangat ditopang oleh keyakinannya bahwa langkahnya ada pada jalan yang benar. Ia telah mulai dari dirinya sendiri, dari seisi rumahnya untuk bersih dan cukup hidup dari gaji semata. Kurang atau lebih harus dipastikan cukup, untuk tidak tergoda menerima di luar itu.

Cita-cita yang sangat diyakininya benar itu, ketika terejawantahkan dalan tindakan dan kata-kata, selalu menimbulkan kegerahan. Sebab melabrak kebiasaan, tradisi bahkan tanpa tedeng aling-aling. Menohok terutama lewat kata-kata atau komentarnya. Selalu dengan sikap menantang atau seperti memperpanjang masalah. Ia seakan menampilkan jabatan Gubernurnya dalam posisi yang tidak biasa. Bukan menenangkan dan meninabobokkan hati rakyatnya tetapi malah dibuat ibarat sedang berjalan di atas perahu yang sedang digoyang badai.

Ucapan-ucapannya telah membuat hak yang dirancang oleh anggota DPRD DKI keok di tengah jalan. Gubernur tandingan, tidak tahu memerintah dimana. Meraih Jabatan di birokrat tidak lagi seperti semut yang sedang mengantri makanan. Dan yang sedang hangat relokasi masyarakat kampung Pulo karena selalu menjadi langganan banjir tiap tahun. Kemudian masyarakat bukit duri tinggal menunggu waktu karena “apartement” mereka belum selesai.

Saya heran, sebagian besar masyarakat Jakarta kok setuju dengan cara dan sikap sang Gubernur ini. Bahkan mantan Gubernur Sutiyoso sendiri, yang sekarang selaku kepala BIN, pernah mengatakan bahwa memimpin Jakarta harus orang gila, seperti Ahok. Apakah karena sikapnya yang berani, jujur, bersih sehingga walaupun sering  kata-katanya kedengaran pedas dan “kasar”, tetap saja banyak yang bangga dan memuji. Tetapi yang menentang dan antipati juga tidak pernah surut, selalu kelihatan ada dimana-mana dan memberi perlawanan terhadap kebijakannya.


Saya lalu teringat dengan tokoh Yesus yang diceritakan dalam Alkitab. Atau Isa Almasih dalam kitab lain. Mengingat tokoh Yesus ini tidak serta merta karena Ahok agamanya Kristen. Yesus atau Isa ketika tampil di tengah-tengah masyarakat pada masanya, telah membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Kata-katanya amat pedas sekalipun tidak kasar. Misalnya Yesus berkata bahwa orang kaya sulit masuk ke dalam kerajaan Allah; Ia datang untuk membawa pedang; Ia menjadi sahabat orang berdosa; orang yang menampar pipi kirimu berikan juga kepadanya pipi kananmu; para pemimpin agama Yahudi yang adalah agamanya sendiri disebut sebagai ular beludak; dan masih banyak lagi.

Ucapannya yang pedas itu, sampai-sampai para tokoh, pemimpin dan masyarakat menyinggung siapa keluarganya. “Lho, Yesus ini kan anak tukang kayu. Kita tahu kok siapa bapa dan ibunya. Lantang amat bicaranya”. Malah ketika ibunya mencarinya dan ingin menjumpainya, apa kata Yesus, “Siapa ibuku dan siapa saudaraku?”  Karena itu keluarganya sempat menganggapnya sebagai orang yang sudah tidak waras! Sikap kontroversial Yesus terhadap kebiasaan, tradisi dan adat istiadat, kemapanan dan budaya, telah membuat justru semakin banyak orang tidak senang kepadaNya. Memusuhinya dan menentangnya. Yang setuju justru semakin sedikit, itupun karena tertarik melihat mujizat-mujizat saja. Akibatnya sangat tragis. Seperti kita ketahui dalam kisah hidupnya, Yesus digiring ke bukit Golgota memikul salibnya sendiri dan mati di atas salib itu.

Basuki Tjahaya Purnama bukan Yesus. Dan tidak sama dengan Yesus. Bahkan saya yakin tidak ingin atau agar dianggap seperti Yesus. Cuma sepak terjangnya yang terlihat lewat kata-katanya dan komentarnya telah menghadirkan orang-orang yang membencinya. Bahkan turut menentang berbagai kebijakannya. Di sini nampak seperti ada kesejajaran walaupun jauh dari kesamaan. Yesus, karena kata-katanya yang pedas itu, telah membuat semakin banyak orang yang membencinya dan hanya sedikit orang yang mengikutinya. Karena itu akhir hidupnya pun di salib. Basuki, karena kata-katanya yang pedas dan tegas itu, justru telah membuat rakyat Indonesia tidak hanya masyarakat Jakarta sangat bangga memiliki Gubernur seperti dia. Sekalipun yang menentang dan membencinya tetap banyak juga.

Nama Ahok, menjadi sangat dikenal, mulai dari anak SD sampai yang sudah kakek nenek. Ia menjadi bahan pembicaraan. Malah menjadi sumber inspirasi bagi sebagian kepala Daerah dalam memimpin daerahnya. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk membawanya ke tiang salib. Sebab yang setuju dengan kepemimpinannya mengelola Jakarta sebagai ibu kota RI, kian lama semakin bertambah-tambah. Ini berarti bahwa warga DKI berani menggantungkan harapan di pundaknya, mampu menjadikan Jakarta seperti yang diharapkan bersama.

Gubernur Ahok, bukan dan janganlah menjadi Yesus masa kini.Tetapi mengikuti teladan Yesus, yang berani membersihkan dan memperbaiki kebobrokan mental masyarakat, Yes! Demi hidup yang lebih baik, lebih sehat dan sungguh lebih beriman kepada Allah serta mengamalkannya. Menjadikan Jakarta sebagai rumah bersama, yang bersih dan sehat, bebas macet, bebas banjir, rakyat tidak ada yang tinggal di kolong jembatan dan di bantaran kali yang kotor, merupakan inti dari pesan semua agama. Laksanakan!

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun