Mohon tunggu...
Badrul Tamam
Badrul Tamam Mohon Tunggu... -

Alumnus Administrasi Bisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Partai "Zaman Now"

13 Januari 2018   00:00 Diperbarui: 13 Januari 2018   02:23 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Partai tanpa platform

Apa itu partai tanpa platform, maksudnya adalah  sebuah partai yang tidak memiliki bingkai yang jelas, baik sisi histori, visi dan misi perjuangan, serta tidak memiliki konstituen yang jelas. Partai-partai seperti ini, biasanya muncul hanya karena kekuasaan semata.

Secara sederhana bisa kita namakan partai tersebut sebagai partai "Hore", segala sikap politik bisa di "mubahkan", asal menang, kepentingan bangsa dan negara bukanlah prioritas. Tagline-tagline peningkatan kemakmuran, pemerataan pembangunan, program-program inovasi percepatan pembangunan hanyalah sebuah simbolisasi untuk memperbaiki citra demi mendulang suara, minim realisasi.

Lalu bagaimana upaya kita supaya tidak terpengaruh oleh partai-partai berhaluan "Hore"?. Upaya mendasar yang harus kita lakukan adalah mengenali ciri-cirinya, diantaranya; pertama, partai seperti ini, biasanya miskin figure, orang-orang yang populer didalamnya, biasanya hasil dari pencomotan kader-kader partai lain, atau tokoh-tokoh populer yang tidak mampu menetukan sikap politiknya karena terlalu pragmatis. Lalu kenapa partai seperti ini miskin figure, penyebab utamanya adalah mereka tidak memiliki pendidikan kader yang baik dalam partainya, partai seperti ini biasanya tidak memrioritaskan kader-kadernya sendiri, tetapi lebih memilih mencari figure figure populer yang sekiranya masih bisa di gaet dengan iming-iming materi dan jabatan untuk diusung dalam pesta demokasi.

Ciri kedua dari partai berhaluan Hore adalah partai seperti ini biasanya di sokong oleh kekuatan capital yang besar. Politik bagi mereka bukanlah sebagai sebuah jalan kehormatan menuju surga, tetapi politik tidak lebih hanya sebagai ajang bisnis. Efektif, efisiensi dan profitable merupakan nafas mereka. mereka merupakan penghulu sejati antara bisnis dan politik, barang dagangan mereka bisa berupa apa saja, tidak terkecuali Agama yang seharusnya disucikan dari panggung-panggung seperti ini, mereka begitu mudah menjualnya "dengan harga yang teramat murah". 

Gaya-gaya permainan mereka, masihlah memakai cara-cara feodal, seperti adu domba, fitnah, penutupan fakta atas segala ketimpangan, kemiskinan, kebodohan yang seharusnya di jabarkan dan dicari solusinya. Mereka orang-orang yang "begitu melayang kala dipuji dan sangat marah ketika di hina". Bila mereka ketahuan melakukan kesalahan-kesalahan besar, mereka tidak pernah minta maaf. Sama halnya ketika "nafsu di tanya oleh tuhannya. Hai nafsu siapakah dirimu?, maka nafsu menjawab "aku adalah aku". Mereka benar-benar tidak sadarkan diri, bahwa mereka semua cepat atau lambat akan mati.

Itulah sedikit ciri-ciri partai yang berhaluan hore, mari bersama-sama berhati hati dalam memilih siapa yang akan kita jadikan pemimpin, jangan pernah lengah dan terpukau dengan tinggi dan banyaknya gelar, kegagahan, kepandaian serta pemberian-pemberian (suap) recehan yang memaksa kita supaya mau memilih orang-orang yang seharusnya tidak pantas untuk dipilih. Kalaulah bisa, mari kita selami terlebih dahulu, orang-orang yang akan kita pilih, bagaimana latarbelakangnya, pemikirannya, tingkat kerakusannya terhadap "uang" dan bagaimana prosesnya di panggung politik. Karena tidak jarang, kita disuguhi kucing yang hanya bisa bersafari politik dan menyanyikan lagu setuju atas keputusan-keputusan politik yang merugikan masyarakat umum.[]

Tulisan diatas tidak bermaksud menyinggung partai manapun, partai yang masih hidup atau yang sudah mati. Tulisan diatas hanyalah tulisan fiksi belaka, bila ada kesamaan dengan realitas sebenarnya, semua itu hanyalah kebetulan semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun