Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Turun Naiknya Tol Jakarta-Cikampek Elevated

10 Januari 2020   14:44 Diperbarui: 10 Januari 2020   14:46 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Japek Eleveted (foto: inet.detik.com)

Sejak Jalan Tol Layang Jakarta -- Cikampek  atau Jakarta -- Cikapek Elevated (Japek Elevated) diresmikan  tanggal 15 Desember 2019 saya belum pernah mencoba.  Pada saat mudik ke Bandung ketika libur natal, saya lebih memilih jalan tol Cikampek (bawah) dan cukup lancar.  

Ada beberapa teman yang pernah mecoba punya pengalaman kurang menyenangkan.  Seperti terjebak macet, kelaparan, atau mengalami mabuk darat.   Mosok sih?  Begitu yang ada di pikiran saya.

Hari Minggu kemarin saya baru punya kesempatan untuk menjajal Japek Elevated.   Saya berangkat dari arah Bandung menuju Tangerang.   Dari Bandung mulai dari jam 07.30 masuk tol melalui Gate Tol Buah Batu. 

Kendaraan melaju antara 90 hingga 100 km.  Agak melambat di turunan di daerah turunan Cipularang.  Karena ini pertama kali menggunakan Japek Elevated, perlu kewaspadaan agar gerbang masuk tol elevated tidak terlewat.  Panjang Japek Elevated adalah 38 km.

Tak banyak petunjuk menuju tol Elevated ini.   Awal jalur ternyata berada di Km. 48+000 B (arah Jakarta).   Ruas jalannya hanya dua lajur ditambah satu bahu jalan untuk keadaan darurat.

Harus siap mental masuk jalan tol ini.  Karena tidak ada rest area sepanjang 38 km.   Jadi kalau mau pipis atau lapar, harap ditahan dulu hingga keluar dari Jakarta Elevated sekitar Km 10+000.   Rupanya memang tol Jakarta Elevated jalannya tidak rata alias bergelombang alias turun naik.    Tapi saya rasa jalannya cukup nyaman dilalui.

Memang akan kurang terasa nyaman jika melintas di atas expansion joint yang ada di antara ruas jalan.  Jadi tiap berapa detik terdengar suara 'buk'.   Jangan-jangan sengaja dibuat seperti itu agar tidak mengantuk.  Demikian pula dibuat bergelombang agar kita tidak mengantuk.   Bahaya kan di atas jalan tol bila kita mengantuk.  Coba bayangkan berapa di atas ketinggian beberapa meter dari tanah dengan jalan tol lurus seperti tol Cipali.   Terasa membosankan dan akhirnya mengantuk.  Selain itu ada lapisan aspal yang terkelupas di pinggiran expiation joint membuat penumpang di mobil terhentak.   Mungkin musim hujan membuat sebagian lapisan aspal terlepas.

Sebenarnya alasan logisnya  lantaran tol ini dibangun di atas bangunan dan jalan yang sudah ada sebelumnya (eksisting).  Sepanjang jalur tol Japek Elevated ada konstruksi lain seperti simpang susun, jembatan penyebrangan orang (JPO) dan tol Cikampek yang beroperasi di bawahnya.   Belum lagi ada konstruksi LRT dan kereta cepat Jakarta -- Banding yang sedang digarap KCIC.  Ditambah lagi di atas konstruksi Japek Elevated terdapat SUTET untuk jalur Jawa dan Bali.

Beda misalnya kalau dibangun di dekat tol Bakauheni -- Terbanggi Besar (Lampung) yang masih kosong alias belum ada konstruksi bangunan, mungkin tol layang bisa dibuat lebih lurus (kalau lurus terus juga tidak baik, membuat pengendara lebih ceroboh).

Kembali ke perjalanan pulang ke Tangerang, sepanjang melintas tol baru ini tidak terdapat lubang atau genangan air.  Sesekali mesti hati-hati karena ada kegiatan pembersihan inlet (lubang) saluran air.   Sayang, di pinggir jalan tol tak ada penghijauan.   Karena memang tak ada sama sekali ruang untuk tanaman.  Jadi agak membosankan sebenarnya melihat hutan beton.    Apalagi saat saya pulang ke Tangerang, cuaca sedang hujan cukup deras.  Rata-rata kendaraan melaju dengan kecepatan 80 km.  Terkadang ada juga yang melintas dengan kecepatan 100 km.   Padahal tol elevated ini dirancang untuk kecepatan 60 -- 80 km. 

Catatan, untuk yang gampang mabuk darat ada baiknya menyiapkan kantong plastik.   Memang agak turun naik bila dibandingkan melintas di tol Cikampek yang berada persis dibawahnya.   Jangan salah, sejak adanya Tol Jakarta Elevated, mobil-mobil besar lebih mendominasi tol Cikampek.  Selain itu, kecepatan mereka tinggi.   Itu yang sekarang membuat saya ngeri melintas di tol Cikampek (bawah) dan memilih tol Jakarta Elevated.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun