Saya sudah menduga akan terulang kebiasaan lama di ranah pemerintahan tepatnya kabinet kita. Ganti menteri, ganti kebijakan. Seperti yang terjadi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Belum genap sebulan menjalani tugas sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, membuat gebrakan baru, yakni gagasan full day sechool. Kepada media sang menuturkan alasannya menggagas kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri ini sebagaimana dilansir oleh Kompas.Com.
"Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja," jelas sang menteri.
Lebih lanjut menteri memberikan alasan bahwa jika anak-anak tetap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah sampai dijemput orangtuanya seusai jam kerja.
Selain itu, anak-anak bisa pulang bersama-sama orangtua mereka sehingga ketika berada di rumah mereka tetap dalam pengawasan, khususnya oleh orangtua.
Kebijakan sang menteri bertolak belakang dengan kebijakan menteri terdahulu, Anis Baswedan, yang berusaha mendekatkan anak-orang tua baik secara kualitas maupun kuantitas waktu. Gagasan Anis yang populer baru ini “Antar Anak pada Hari Pertama Sekolah.”
Kebijakan Anis jelas untuk mendekatkan jarak anak dengan orang tua. Karena pendidikan tidak lepas dari peran orang tua. Yang mana keluarga selain sel masyarakat terkecil, keluarga juga lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.
Betapa pentingnya keluarga, maka pemerintah harus mendorong kebijakan yang menikmati partisipasi orang tua. Bukannya pemerintah ‘mengalah’ dengan keadaan dan memaklumi kondisi orang tua yang fokus pada pekerjaan.
Tidak ada yang salah dengan model full day school.Hanya pola ini memanjakan orang tua murid. Seolah-olah pendidikan anak menjadi tanggung jawab sekolah. Seharusnya tidak demikian. Orang tua punya peran yang penting pendidikan anak di sekolah.
Full day schooltidak efektif dierapkan di sekolah-sekolah umum, kecuali jika sekolah menyediakan fasilitas asrama atau sarana pendukung lainnya. Karena dengan jam pelajaran yang ada, pelajar cepat lelah apalagi dibeban dengan aktivitas tambahan.
Diberlakukannya full day school,maka waktu istirahat siang anak hilang. Padahal anak-anak butuh waktu istirahat. Pada masa pertumbuhan, remaja harus memiliki waktu jam istirahat siang. Pada jam istirahat itulah memorinya bekerja dan berusaha merekam atau menyegarkan memorinya dari ingatan selama seharian sekolah.