Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menulis adalah Akar dari Keterampilan Menulis, Berbicara, dan Mendengar

26 Juli 2021   11:17 Diperbarui: 26 Juli 2021   11:58 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: gbm)

Semua orang berbicara tentang literasi, mengacungkan simbol literasi pada setiap sesi foto atau selfi, entah mengerti atau tidak literasi itu sendiri. Saya yakin tak semua memahami literasi. Mereka melakukannya karena eforia atau ikut ramai, sedikit orang memahami dan mengaktualisasikan literasi dengan benar.

Di sini, penulis tak bermaksud memberikan defenisi literasi, tetapi penulis sekedar berbagi pengalaman seputar dunia literasi sehingga tidak terkesan menggurui. Karena apa yang dialami bukan dari proses belajar melainkan pengalaman praktis masa kecil hingga sekarang ini.

Kegiatan membaca sudah dilakukan penulis sejak duduk di bangku sekolah dasar. Sejak itu saya sudah membaca Majalah Kunang-Kunang, Majalah Bobo, Mingguan Hidup, Dian, Rumah Kita, Majalah Bola, Gatra dan bahkan Kompas, di Magepanda, Sikka.

Saya akui beberapa bacaan cukup berat untuk dicerna oleh saya seperti Mingguan Dian, Gatra dan Kompas, sedangkan lainnya bacaan anak-anak seperti 

Majalah Bobo dan Kunang-Kunang, selebih bacaan rohani seperti Mingguan Hidup dan Rumah Kita.

Begitu banyak macam pilihan bacaan. Saya bersyukur karena berada pada lingkungan yang tepat. Tinggal bersama seorang imam, saudara dari ibu saya.

Paman saya tidak pernah perintah apalagi memaksakan saya untuk membaca. Sesuatu yang pasti, setiap kali pulang dari Maumere atau Seminari Ritapiret, di tasnya terisi penuh koran dan majalah. Koran dan majalah tersebut akan diletakannya di ruang makan.

Sejak itu saya tertarik untuk melihatnya. Mulanya saya hanya melihat gambar, apalagi majalah Bola. Dari sinilah saya mengenal dunia sepakbola luar. Mulai tahu tentang piala dunia, Maradona dan sepakbola Indonesia sendiri. Nama-nama seperti Ricky Yakob, Ronny Patinasrani dan lain-lain di luar kepala. Juga dunia tinju. Elyas Pical, petinju sangat favorit saat itu.

Dari melihat gambar di majalah dan koran, saya pun tertarik membaca. Dari bacaan yang ringan hingga yang berat seperti Gatra dan Kompas. Tetapi, saat itu saya membaca tanpa berusaha untuk memahami. Baca sajalah, prinsipnya. Kolom artikel di Kompas merupakan segmen yang berat, tetapi setiap kali ada tulisan Sindhunata yang mengulas Bola saya pasti baca meskipun saya baca berulang kali.

Dari kebiasaan membaca lalu merambat ke keterampilan menulis. Tentu bukan menulis artikel atau opini, melainkan menulis surat. Pada waktu itu, di Majalah Hidup, adalah Rubrik Korespondensi. 

Dibantu oleh tanta saya, saya menulis surat korespondensi pertama kali ditujukan kepada seorang sahabat yang namanya Alexander Atmaja dari Cipanas, Bogor. Bangganya luar biasa ketika surat saya dibalas dan memacu saya untuk membalas pula serta mendorong saya untuk menambah jumlah sahabat koresponden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun