Mohon tunggu...
Mahdiya Az Zahra
Mahdiya Az Zahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - lifetime learner

Mompreneur yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'Ada' yang Hakiki

13 Maret 2017   07:37 Diperbarui: 13 Maret 2017   08:46 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad

Deskripsi

Manusia memiliki bermacam cara dalam mengkonsepkan sesuatu. Konsep yaitu gambaran yang diterima oleh rasio setelah indra mempersepsi alam. Hasil dari pekerjaan mempersepsi adalah konsep yang ditangkap oleh rasio. Maka wilayah konsep adalah wilayah rasio. Dari perjalanannya konsep kemudian dibagi dalam tiga macam dimana konsep-konsep ini ada yang memiliki realitas di alam dan ada juga yang hanya dapat tinggal di rasio saja. Hal ini dikarenakan konsep berasal dari alam sehingga konsep tentunya memiliki realitas, namun rasio juga memiliki fungsi untuk mengolah dan memilah sehingga diperoleh suatu konsep yang tidak ada realitasnya di alam.

Konsep-konsep yang telah disebutkan di atas adalah konsep logika, konsep mahiyah, dan konsep falsafi. Konsep logika adalah konsep yang mengandalkan kemampuan rasio dalam mengolah hasil dari persepsi indra. Konsep ini tidak memiliki realitas di alam karena konsep ini hasil olahan rasio. Misal ketika kita mempersepsi seseorang bernama Ali maka muncul konsep di rasio yaitu manusia. Konsep ini disebut konsep logika, karena kita tidak akan menemukan manusia (universal) di realitas, yang kita temukan adalah Ali (partikular).

Konsep mahiyah adalah konsep esensi dimana konsep ini merupakan hasil kerja indra yang disampaikan pada rasio. Konsep ini muncul dari hasil persepsi dan tanpa diolah oleh rasio. Apa yang dipersepsi pada realitas, itu pun yang dikonsepkan. Indra mempersepsi realitas dalam batasan-batasan dan ke-apa-an dari sesuatu. Misal kita mengindra buku, pulpen, spidol, handphone, laptop, kemudian muncul konsep dari partikular-partikular tersebut. Selama kita mempersepsi segala sesuatu dalam batasan-batasannya dan membedakannya, maka kita menggunakan konsep mahiyah.

Konsep falsafi adalah konsep paling fundamental dimana dengan konsep ini diperoleh suatu pengetahuan baru. Konsep falsafi melibatkan kerja rasio dalam mengamati realitas. Rasio tak hanya mempersepsi saja, namun rasio juga mencari keterhubungan di realitas. Seperti konsep sebab akibat yang diperoleh ketika terjadi buku yang jatuh. Ketika indra mempersepsi buku yang jatuh maka rasio akan menangkap realitas bahwa terdengar bunyi karena buku jatuh, kemudian buku juga berpindah dari atas ke bawah. Maka rasio akan mengolah dan mencari keterhubungan di atas. Berdasarkan kerja rasio dapat diketahui bahwa sebab buku terjatuh, akibatnya terdengar bunyi dari jatuhnya buku. Dan apabila diketahui bahwa buku itu terjatuh karena tangan yang menyenggolnya. Maka sebab tangan menyenggol, akibatnya buku terjatuh. Kemudian rasio juga mencari tahu kenapa buku terjatuh ke bawah, diperoleh pengetahuan adanya gaya gravitasi. Maka sebab adanya gaya gravitasi, akibatnya buku terjatuh ke bawah. Dan akan timbul lagi pertanyaan kenapa ada gaya gravitasi dan seterusnya. Dari konsep falsafi ini lah rasio bekerja dengan nama proses berpikir untuk terus mencari keterhubungan yang ada di realitas.

Dari keterhubungan yang ditangkap, rasio kemudian mendapat kesimpulan bahwa segala sesuatu di alam ini saling terhubung dan tidak terpisahkan. Maka apa yang menjadikan segala sesuatunya terhubung?

Analisis

Manusia memiliki ketiga konsep di atas dalam perjalanannya memahami realitas di alam. Dengan ketiga konsep tersebut manusia mampu menangkap, mengolah, mempelajari, dan menghubungkan segala sesuatu yang terdapat di realitas. Jika segala sesuatu terhubung maka apakah segala sesuatu ini merupakan sesuatu yang satu? Maka apakah yang satu itu dan bisakah segala sesuatu itu adalah satu? Bisakah banyak menjadi satu?

Satu dan banyak merupakan pembahasan wujud dan maujud. Bagaimana kita melihat alam ini sebagai satu dan banyak adalah tergantung pada cara pandang kita. Selama kita masih melihat alam ini sebagai sesuatu yang banyak dan beragam maka sesungguhnya yang kita lihat adalah esensinya bukan eksistensinya. Sesungguhnya eksistensi hanya satu. Eksistensi berarti ‘ada’ dan selamanya ‘ada’ akan tetap ‘ada’. Karena’ tidak ada’ hanya ‘ada’ dalam konsep. Atau dapat dikatakan bahwa ‘tidak ada’ adalah konsep logika karena tidak memiliki realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun