Mohon tunggu...
Azzahrah Mumtaz Firdaus
Azzahrah Mumtaz Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhamadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Anger-out Bikin Kepala Sakit?

18 Juni 2021   13:13 Diperbarui: 18 Juni 2021   20:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kadangkala ketika tidak bisa  menahan perasaan jengkel atau rasa sabar lagi, kalian akan langsung mengeluarkan emosi kalian dengan marah dan berteriak kan? Atau terkadang sampai rasanya ingin menangis? Ketika kalian melepaskan emosi kemarahan pastinya fisik kalian juga merasakan kesakitan, tidak hanya detak jantung semakin meningkat, nafas dan kepala pun terkadang ikut sakit. Kenapa sih itu bisa terjadi?

Menurut Linschoten (Sundari, 2005) perasaan manusia itu terbagi menjadi tiga, yakni suasana hati, perasaan itu sendiri, dan emosi. Emosi memiliki artian yang sangat luas, emosi telah berkembang sejak lahir dan kemunculannya ditimbulkan karena adanya ransangan dari pengalaman sehari hari, seperti emosi senang karena mendapat hadiah, sedih karena tidak mendapatkan apa yang diingkan,takut ketika menghadapi hal yang tidak disukai,  dan marah karena menahan perasaan jengkel.

Rasa marah terjadi karena adanya permusuhan, pergolakan, dan rasa frustasi yang terjadi karena berselisih dengan orang lain.  Dalam penelitian yang dilakukan oleh Seigman & Snow (1996) ada tiga ekspresi marah yang muncul dalam sebuah individu. Pertama ada anger-out dimana kemarahan yang dimunculkan itu dilakukan secara spontan dan cepat, contohnya dengan teriakan, makian, dan melampiaskannya pada objek-objek yang ada. Kedua ada anger-in, kemarahan yang disimpan sendiri, contohnya kemarahan tersebut dilampiaskan dengan melakukan hal-hal lainya atau tidak ditunjukkan. Ketiga dan terakhir ada mood incongruent speech dimana kemarahannya diungkapkan dengan perkataan dan suara yang lembut.

Lalu kenapa disaat kita menahan emosi marah maupun menyalurkan kemarahaanya dengan berteriak kepala merasakan sakit? Itu terjadi kerena bagian otak yang pertama merespon emosi  marah adalah amygdala yang terdapat dalam lobus temporal otak. Amygdala bertugas untuk mengendalikan emosi dan merespon rasa ketakutan, ancaman, dan stress. Ketika kemarahan dengan anger-out terjadi, tekanan dari dalam tubuh akan meningkat, napas, jantung memburu dengan cepat dan muncul hormon adrenalin serta kortisol yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena kurangnya oksigen dan nutrisi ke otak. Sehingga ketika marah dikeluarkan dengan berteriak akan menyebabkan sakit kepala.

Tidak hanya sakit kepala seperti migrain, atau sakit kepala yang disertai tegagngnya otot di leher, tetapi sering-sering marah juga dapat menyebabkan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya. Cara yang tepat untuk mengontrol kemarahan agar tidak sampai tahap anger-out adalah dengan mengontrol emosi, mencoba tenang, dan menghindari pemicu yang menyebabkan kemarahan itu terjadi. 

Dalam Islam marah yang berlebihan itu tidak baik dan tidak disukai oleh Allah, karena ketika marah ucapan dan perilaku yang buruk akan dengan mudah muncul, contohnya muncul rasa menyesal (QS, 21:78), tidak mendapat kebajikan malah kerugian yang didapat (QS, 33:25), dan yang paling serius adalah murkanya dan laknat Allah ketika seseorang tidak dapat menahan emosinya (QS, 4:39).  Cara terbaik untuk meredam marah dalam islam adalah dengan cara membaca kalimat taawudz karena dengan berdoa kepada Allah akan dapat menenangkan hati yang sedang diliputi rasa marah, berusaha menjaga lisan agar ketika marah tidak mengeluarkan perkataan yang nantinya akan menyakiti orang lain, dan segera berwudhu, dengan berwudhu akan memadamkan perasaan marah yang ada.

Sumber rujukan

Al Baqi, S. (2015). Ekspresi Emosi Marah. Buletin Psikologi, 23(1), 22. https://doi.org/10.22146/bpsi.10574

Hasan Sya’roni. 2017. Manajemen Marah dan Urgensinya dalam Pendidikan. Journal PAI

Sigman,  A. W., &  Snow,  S. C. (1996).  The Outward  Expression  of  Anger,  the Inward Experience of Anger and CVR: The  Role  of  Vocal  Expression. Journal of Behavioral Medicine, 20(I), 29-45.

Sundari,  S.  (2005).  Kesehatan  Mental Dalam  Kehidupan.  Jakarta:  Rineka Citra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun