Mohon tunggu...
Azzahra Nurulalifa
Azzahra Nurulalifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - (Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Hasyim Asy'ari Semarang)

Hobi membaca tulisan ilmiah, fiksi, dan bermain game.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontruksi Sosial terhadap Perempuan dalam Konteks Sejarah dan Budaya

9 April 2024   16:45 Diperbarui: 9 April 2024   17:39 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara umum kontruksi sosial adalah proses pemaknaan yang dilakukan oleh setiap individu terhadap lingkungan lingkungan dan aspek diluar dirinya. Anggapan bahwa perempuan lemah sudah terjadi di belahan bumi manapun, termasuk di Indonesia. Dalam konteks pranata sosial, perempuan kerap dianggap harus mengalah. Perempuan dikategorikan sebagai kelompok rentan bukan karena lemah, tetapi karena adanya budaya patriarki. 

Pada masa jahiliyah, penilaian atas kekuatan seseorang seringkali diukur dari aspek fisik, terutama dalam konteks peperangan. Karena perempuan pada saat itu dianggap kurang mampu dalam hal kekuatan fisik, muncullah pandangan bahwa mereka adalah makhluk yang rentan dan bahkan dianggap sebagai suatu aib. Di India sekitar 1500 SM, perempuan juga mengalami diskriminasi seperti tidak memiliki hak waris, akses pendidikan bahkan hak pada dirinya sendiri. Pada masa Romawi Kuno sekitar abad ke-1 SM, perempuan mengalami diskriminasi dalam hal kepemilikan harta, hak waris, dan akses pendidikan. 

Masih banyak contoh diskriminasi pada perempuan pada masa lampau. Lantas adakah budaya perempuan dan laki-laki dianggap setara?

Tentu saja ada, misalnya pada Masyarakat Indian Iroquis, semua laki-laki dan perempuan berhak memilih dan mencopot jabatan ketua suku. Jabatan ketua suku dapat dipilih baik oleh laki-laki maupun perempuan melalui pemilihan secara langsung. Kemudian pada suku Schytia dari Asia Tengah, perempuan dapat diangkat menjadi prajurit dan pemimpin perang. Selanjutnya terjadi pada Masyarakat Jermania, peran pengambilan keputusan dapat diambil baik oleh laki-laki maupun perempuan.

Dari contoh-contoh yang telah disebutkan, masayarakat yang menganggap perempuan dan laki-laki setara adalah masyarakat nomaden. Hubungan kesetaraan mulai tergeser ketika kehidupan bermasyarakat mulai ke arah pertanian. Pertanian adalah kemajuan paling fundamental dalam sejarah manusia. Hal ini mengubah pola hidup pemburu-pengumpul nomaden menjadi gaya hidup sedentarisasi. 

Pada masa itu, demi memenuhi kebutuhan komunitasnya, perempuan menggunakan keahlian mereka untuk mengolah biji-bijian menjadi tanaman. Namun, akses ke sektor pertanian semakin terbatas dikarenakan pesatnya perkembangan teknologi. Munculnya bajak (luku) telah menggusur perempuan dari sektor ekonomi pertanian, menurut temuan arkeolog. Bajak merupakan alat yang berat dan sulit dikendalikan oleh perempuan, terutama karena biasanya ditarik oleh hewan ternak yang dikendalikan oleh laki-laki.

Adanya peternakan pada sektor pertanian semakin mempersempit ruang gerak untuk perempuan. Akibatnya, perempuan semakin sulit berpartisipasi dalam kegiatan produksi dan lebih banyak terdorong ke pekerjaan rumah tangga. Hal ini menciptakan landasan bagi munculnya sistem patriarki dalam masyarakat.

Melalui penjelasan di atas, penting untuk diingat bahwa konstruksi sosial bukanlah sesuatu yang statis, tetapi dapat berubah seiring waktu. Usaha untuk mengubah kontruksi sosial dapat dilakukan melalui kesadaran dan mengatasi stereotip gender. Dengan memahami hal ini, bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dapat mengubah kontruksi sosial pada perempuan untuk mengurangi adanya diskriminasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun