Sal Priadi bukan sekadar penyanyi. Ia adalah penyair yang menyanyi, seorang perasa yang mengolah luka menjadi sebuah lagu, harapan menjadi harmoni. Dalam setiap karyanya, Sal membawa pendengarnya ke ruang-ruang batin yang sering kita hindari, namun sebenarnya sangat kita butuhkan: ruang nyanyi, ruang rindu, ruang kenangan. Salah satu yang terkenal dan paling menyentuh adalah Gala Bunga Matahari.
Dari judul lagu ini saja sudah cukup memantik rasa penasaran. Gala biasanya kita kenal sebagai pesta atau sebuah perayaan yang megah. Tapi di tangan Sal Priadi, "gala" bukan sekadar meriah---melainkan sebuah seremoni batin. Sementara "bunga matahari" adalah lambang harapan, ketekunan, dan arah yang selalu mencari cahaya. Dalam konteks lagu ini adalah dari dua kata tersebut dapat bersatu dalam membentuk metafora perasaan yang rumit: semacam pesta hening dalam hati, untuk seseorang yang kita tunggu namun tak kunjung hadir.
Lagu Tentang Penantian yang DiamÂ
Mendengarkan Gala Bunga Matahari terasa seperti membaca surat yang tidak pernah dikirim. Setiap baitnya adalah potongan dari rasa yang tak selesai. Tentang mencintai dari kejauhan, tentang merawat harapan walau tahu bahwa kenyataan yang mungkin tidak akan berpihak.
Lirik-lirik Sal tuh tidak gamblang, namun justru itulah kekuatannya. Ia memberi ruang bagi kita untuk menafsir, meresapi, dan bahkan memasukkan kisah hidup kita sendiri ke dalam lagu itu.
"Kangennya masih ada di setiap waktu, kadang aku menangis bila aku perlu"
Kalimat ini terdengar seperti sebuah pengakuan paling jujur dari seseorang yang sedang menyimpan duka. Rasa rindu yang tidak kunjung habis, yang hidup terus-menerus dalam rutinitas sehari-hari. Menangis bukan lagi tanda kelemahan, tapi bentuk kejujuran emosi. Lagu ini menyuarakan apa yang sering kita pendam---bahwa kehilangan tidak pernah benar-benar pergi, ia hanya berubah bentuk, menetap di sudut-sudut hidup yang paling sepi.
Musik yang Merangkul KeheninganÂ
Dari sisi musikal, Gala Bunga Matahari menonjol dengan aransemen minimalis. Iringan piano dan gesekan string yang lembut menjadi latar yang sempurna bagi vokal Sal yang tenang namun menggetarkan. Tidak ada gebukan drum yang bising, tidak ada lonjakan yang dramatis---semuanya mengalir pelan, membiarkan emosi hadir secara organik.
Justru dalam kesederhanaan itulah lagu ini menjadi begitu menyentuh. Musiknya seperti menyelimuti kita dengan kehangatan, sambil membisikkan bahwa tidak apa-apa jika kita belum bisa melepaskannya. Tidak apa-apa jika kita masih menunggu, walau tahu mungkin yang ditunggu tak akan kembali.