Mohon tunggu...
Azrina Perwitasari
Azrina Perwitasari Mohon Tunggu... -

unexpectedly indescribable. Read at your own risk ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

DPR di Mata Seorang Anak SMA *)

13 Oktober 2010   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah melihat keindahan demokrasi yang ditunjukkan para wakil rakyat kita di ruang sidang tadi, saya dapat menarik kesimpulan bahwa:
Ternyata untuk menjadi anggota DPR di Indonesia tidak perlu perjuangan serta embel-embel latar belakang yang mengesankan. Tidak perlu pula menjadi seorang nasionalis yang berpendidikan tinggi -- cukup hanya dengan modal mulut dan sederet gelar (yang kebenarannya bahkan masih buram) ternyata semua orang bisa maju menjadi wakil rakyat.
Tidak heran kalau orang-orang berebut menjadi anggota DPR. Jam kantor tidak jelas, uang selalu mengalir lancar dari proyek dan berbagai tunjangan. Yang paling menyenangkan, bahkan untuk rapat/sidang pun para anggota digaji 5 juta per orang! Menyenangkan sekali bukan, menjadi anggota DPR?
Dan yang lebih mantap, selain berbagai fasilitas serta tunjangan dan gaji sana-sini, para anggota berhak diberi masing-masing satu mobil mewah sebagai penunjang kegiatan mereka yang sibuk melayani rakyat. Mereka juga diizinkan protes dan menuntut balik pemberian mobil-mobil mewah tersebut ketika rencana pemberian mobil sempat terhenti karena masyarakat tidak setuju.
Bayangkan, hanya untuk tidur saat sidang atau sibuk BBM-an dengan teman sejawat selama sidang yang membosankan, mereka digaji dan dimanjakan dengan berbagai fasilitas. Siapa yang tidak ingin menjadi mereka?
Sayang sekali fasilitas dan segala macam hak serta tunjangan tersebut diambil jatahnya oleh orang-orang maruk yang tingkat pendidikannya selevel anak SD, walaupun gelar Ph.d berderet-deret sampai mereka sendiri pun tidak hapal lagi seluruh gelarnya. Bahkan mungkin kalau ditanya sejarahnya mendapatkan sederet gelar tersebut, mereka tak lagi ingat. Entah karena sudah terlalu lama berlalu atau karena mereka memang belum pernah menjalaninya.
Sungguh, menjadi anggota DPR itu enak sekali.
Saya pribadi jadi berminat berkarir sebagai anggota DPR. Kalau hanya tidur saat sidang dan datang sesuka hati serta menulikan diri terhadap protes rakyat sih, gampang. Kerjaan saya sebagai anak SMA juga tidak jauh beda kok.
Dibalik segala akses serta kemudahan yang mereka dapatkan, menjadi anggota DPR ternyata dituntut untuk tangguh. Ya, tangguh menghadapi cercaan rakyat dan tangguh mengingkari janji. Tangguh mempertahankan pendapat demi mempertahankan posisi. Tangguh memprotes undang-undang, tangguh membela orang yang menguntungkannya, tangguh memperjuangkan proyek bernilai miliaran rupiah untuk jatuh ke kantung uangnya, dan berbagai macam tangguh yang lain. Tentu tidak mudah membangun ketangguhan luar biasa macam itu, tapi setelah saya amat-amati ternyata kuncinya hanya satu: buang hati nurani Anda ketika Anda melangkah masuk ke Senayan dan resmi menyandang predikat wakil rakyat. Anda juga sebaiknya menaruh otak Anda di rumah atau simpan saja di tempat yang aman, karena intelegensia Anda sia-sia disini. Anda hanya perlu memasang tampang sok bijak, interupsi jika sidang sedang ricuh, duduk manis dan mengiyakan perkataan pimpinan sidang, mungkin sekali-sekali Anda bisa juga interupsi kalau pernyataan pimpinan tidak sejalan dengan visi misi Anda dan mengancam keselamatan posisi Anda di DPR.
Siapa bilang menjadi anggota DPR itu tidak enak dan tanggung jawabnya berat? Buktinya mereka yang menjadi anggota DPR menikmatinya dan menjalaninya sekhidmat mungkin.
Kawan, selamat datang ke DPR, tempat dimana aspirasi berhenti dan akhirnya menguap hilang.
*) tulisan ini dibuat ketika saya masih duduk di kelas 1 SMA. Yang ironis, bahkan setelah hampir 3 tahun berlalu, kesan saya tetap tidak berubah.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun