Mohon tunggu...
Muhammad Azrul Amirullah
Muhammad Azrul Amirullah Mohon Tunggu... Universitas Darussalam Gontor

Nama saya Muhammad Azrul Amirullah saya berasal dari Bengkulu, saya seorang mahasiswa di Universitas Darussalam Gontor Ponorogo, saya memiliki hobi membaca menulis, dan berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peradaban Barat dan Keniscayaan Sekulerisasi

5 Mei 2025   21:35 Diperbarui: 5 Mei 2025   21:35 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://i.pinimg.com/originals/89/80/72/898072070446ae3fbdd3f43e06ec069b.jpg

Peradaban Barat telah lama dikaitkan dengan lintasan perkembangan intelektual, politik, budaya, ekonomi yang menekannkan penalaran, individualism, dan kemajuan ilmiah. Lengkungan peradaban ini, yang sering ditelusuri dari era Yunanni-Romawi melalui abad pencerahan hingga demokrasi liberal modern, hal ini mencerminkan transformasi mendalam bagaimana masyarajat memahami kebenaran, otoritas, dan Ketuhanan.

Seiring dengan lintasan agama yang ada pada perkembangan peradaban barat, peran agama yang dulunya penting bagi kehidupan publik semakin dipersempit. Evolusi Sejarah ini meletakkan dasar bagi apa yang oleh banyak orang dianggap sebagai keniscayaan sekulerisasi. Pencerahan berperan penting dalam mendefinisikan ulang batas-batas antara iman dan akal budi. Para filsuf seperti Immanuel Kant, Voltaire, Jhon Locke mempertanyakan supremasi otoritas grejawi, dan sebaliknya memperjuangkan hak otonomi intelek manusia, akal budi, dan wahyu, harus menjadi pemandu utama dalam masalah moral, politik, dan ilmiah. Oleh karena itu agama mulai dilihat bukan sebagai dasar dalam menjalankan aturan dalam kehidupan, tetapi hanya sebagai salah satu di antara banyak sistem kepercayaan-yang serimg kali diturunkan ke ranah preferensi pribadi.

Pergerseran ini semakin intensif dengan masuk nya era Revolusi Industri dan munculnya ilmu pengetahuan modern. Kemajuan teknlogi membawa perubahan yang belu pernah terjadi sebelumnya pada struktur sosial, sistem ekonomi, dan hubungan antar manusia. Dalam dunia yang berubah dengan cepat seperti saat ini, kekuatan penjelasan dari narasi keagamaan tradisional tampak tidak memadai dalam kasus masyarakat Barat. Dalam hal ini masyarakat barat mempergunakan empiris sebagai pendekatan ilmiah untuk membuktikan adanya segala sesuatu sehingga menyingkirkan penjelasan agama dan wahyu di rung masyarakat (publik). Sekulerisasi menjadi terikat erat dengan gagasan kemajuan. Menjadi modern bukan sekadar memiliki peralatan atau infrastruktur canggih, tetapi juga merangkul pandangan hidup yang rasional dan sekuler.

Dalam pandangan ini, agama dipandang sebagai peninggalan zaman kuno yang kurang tercerahkan dan tidak sesuai dengan kehidupan modern saat ini. Lembaga public mulai dari sekolah hingga pemerintahan, dengan demikian telah mengadopsi sikap dan pemikiran sekuler, mengklaim netralitas dan mengeaskan keunggulan dunia sekuler.

Pada akhirnya, identifikasi peradaban Barat terhadap kemajuan sekulerisme mencerminkan pandangan dunia tertentu yang telah muncul dalam kondisi historis dan filosofis tertentu. Mungkin ini bukan satu-satunya jalan menuju modernitas, tetapi sudah pasti menjadi jalan yang dominan untuk saat ini dan beberapa tahun kedepan. Memahami lintasan ini membantu kita secara kritis memeriksa baik janji maupun keterbatasan zaman sekuler, dan apakah kemajuan sejati dapat di bayangkan di luar kerangkannya.

Kesimpulan bahwa sekularisme merupakan ciri utama peradaban Barat memiliki dasar yang kuat, namun juga perlu dikontekstualisasikan. Sekularisme, yang menekankan pemisahan agama dan negara, serta kebebasan dari pengaruh agama dalam ranah publik, memang menjadi ciri khas peradaban Barat, terutama setelah Era Pencerahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun