Mohon tunggu...
Azra Lutfiah Nurbaeti
Azra Lutfiah Nurbaeti Mohon Tunggu... Lainnya - haii

selama datang

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ada Apa dengan Desa Wisata?

5 Desember 2020   02:43 Diperbarui: 5 Desember 2020   02:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Apa yang pertama kali anda pikirkan ketika mendengar kata desa wisata?. Dengan mendengar desa saja, pasti anda membayangkan sebuah tempat yang erat hubungannya dengan lingkungan alam sekitarnya. Sedangkan wisata merupakan kegiatan bersenang-senang bersama orang terdekat kita.

            Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud desa wisata?. Menurut Priasukmana & Mulyadin (2001), desa wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan dan minuman, cenderamata, dan kebutuhan wisata lainnya.

             Akomodasi dan atraksi merupakan 2 konsep utama dari desa wisata.  Akomodasi adalah sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. Sedangkan atraksi  seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti: kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik. (www.wikipedia.org,2020). Dapat kita bayangkan apabila kedua komponen itu tidak ada, maka desa wisata tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

            Indonesia merupakan negara yang dianugerahi alam yang sangat indah serta budaya yang beragam. Maka tidak heran, jika Indonesia memiliki banyak desa wisata yang tersebar disetiap pulaunya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto dalam pernyataannya pada Merdeka.com 2 tahun yang lalu, menyebutkan bahwa berdasarkan catatan BPS, dari 1.734 desa wisata tersebut tersebar dimasing-masing kepulauan. Di mana Pulau Jawa - Bali menempati posisi paling tinggi dengan 857 desa wisata. Kemudian diikuti dengan Sumatra sebanyak 355 desa, Nusa Tenggara 189 desa, Kalimantan 117 desa. Selain itu, Pulau Sulawesi juga tercatat sebesar 119 desa wisata, Papua 74 desa, dan Maluku sebanyak 23 desa.

            Dari banyaknya desa wisata yang ada di Indonesia, tentunya ada beberapa yang paling banyak diminati baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara dengan alasan suasananya, keunikan budayanya dan masih banyak lagi. Alya Zulfikar dalam 99.CO (2020), memberi rekomendasi desa wisata terbaik yang sudah bertaraf internasional, dan wajib dikunjungi usai pandemi Covid-19 ini. Salah satunya adalah Desa Penglipuran yang ada di Bali. Desa ini dikenal dengan suasananya yang asri dan tenang khas dataran tinggi yang juga masih memiliki udara sejuk. Keunikan desa ini adalah rumah-rumah penduduknya yang tertata rapi hingga membentuk lorong - lorong dan dibangun dengan arsitektur Bali yang memukau. Selain itu, desa ini melarang penggunaan kendaraan bermotor masuk ke dalam dewasa. Kendati demikian, penduduk desanya sangat ramah terhadap wisatawan.

             Suksesnya desa wisata di berbagai daerah, baik yang ada luar negeri maupun dalam negeri dikarenakan adanya sebuah perkembangan. Menurut Gumelar (2010), pengembangan desa wisata dapat dimulai dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada pada masyarakat setempat. Desa wisata baiknya melibatkan masyarakat setempat agar hasilnya dapat menguntungkan masyarakat itu sendiri. Yang terakhir adalah menerapkan pengembangan produk wisata asli dari pedesaan itu. Sedangkan menurut Putra (2006), pengembangan desa wisata  terintegrasi dengan masyarakatnya. Agar lebih menarik para wisatawan, masyarakat setempat bisa menawarkan berbagai atraksi dan akomodasi bercirikan  khas desa setempat.

            Adapun pendekatan pasar untuk pengembangan desa wisata terbagi menjadi 3, yaitu interaksi secara langsung, setengah langsung dan langsung. Bentuk kegiatan interaksi tidak langsung dapat berupa penulisan buku-buku tentang desa yang berkembang, kehidupan desa, seni dan budaya lokal, arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan sebagainya. Bentuk interaksi setengah langsung seperti one day trip yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan-kegiatan meliputi makan dan berkegiatan bersama penduduk dan kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model tipe ini adalah bahwa wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama dengan penduduk. Adapun bentuk interaksi secara langsung ialah wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa tersebut.

            Selain pendekatan pasar, ada juga solusi yang umum dalam mengembangkan sebuah desa, yaitu pendekatan fisik. Pendekatan fisik sendiri dapat melalui sektor pariwisata dengan menggunakan standar - standar khusus dalam mengontrol perkembangan dan menerapkan aktivitas konservasi. Pertama, Mengonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi sebuah museum desa untuk menghasilkan biaya untuk perawatan dari rumah tersebut. Kedua, Mengonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk menampung perkembangan penduduk desa tersebut dan sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai area pariwisata dengan fasilitas-fasilitas wisata. Ketiga, Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa tersebut yang dioperasikan oleh penduduk desa tersebut sebagai industri skala kecil.

            Dengan adanya perkembangan desa wisata ini akan menimbulkan banyak sekali keuntungan bagi desa itu sendiri. Apabila sebelumnya warga desa hanya mengandalkan hasil pertanian atau peternakan, dengan adanya pengembangan desa sebagai desa wisata ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lokal yang sudah ada. Dampak positif ekonomi pengembangan desa wisata selanjutnya adalah meningkatnya penjualan produk lokal sehingga meningkatkan perekonomian warga desa. Peningkatan pembangunan infrastruktur desa juga merupakan dampak positif ekonomi pengembangan desa wisata, selain untuk kepentingan wisata juga baik adanya apabila digunakan untuk kepentingan warga desa juga. Itulah mengapa sebaiknya desa wisata dikelola oleh SDM lokal atau warga desa sendiri agar tercipta kesejahteraan dari desa untuk desa. (Berdesa, 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun