Mohon tunggu...
Azmi Hardi Roza
Azmi Hardi Roza Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ingin menjadi ayah yang baik

Suka jalan kaki, suka makan pempek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mantan Teman

15 Juli 2022   10:11 Diperbarui: 15 Juli 2022   10:17 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya iseng ingin menulis cerita ini. Setelah membaca tulisan Pak DI yang terbit tiap hari itu. Saya terinspirasi, kemudian timbul pokok pikiran dan kemudian saya tuliskan.

Sekarang saya tinggal di Tangerang, anak tiga, anak saya yang kedua kembar, perempuan. Sekarang kelas dua SD. Abangnya kelas tiga. Mereka beda usia satu tahun saja. Istri saya sama dengan saya, orang perantau juga, satu almamater, bahkan satu program studi. Hanya saja beda Angkatan. Saya lebih duluan tiga tahun. Dia pilihan Ibu saya juga, setelah saya mengajukan beberapa kali teman dekat saya. Akhirnya beliau baru bisa menanggapi pilihan dan pilihn itu jatuh pada dia.

Pernah, ketika saya belajar di bogor dulu, saya mengajukan kepada ibu saya teman dekat yang ingin saya nikahi. Namun mungkin karena pengajuan itu saya sampaikan lewat telpon, mungkin karena keterbatasan informasi yang ibu terima, ibu belum sempat memberikan responnya. Dan kemudian pembicaraan itu berlalu dan tak pernah lagi saya tanyakan.

Juga pernah, ketika saya belajar di Universitas Kyoto. Saya punya teman dekat. Saya sampaikan hal yang sama ke pada ibu. Namun, mungkin karena keterbatsan informasi yang ibu terima, juga karena saya menyampaiaknya dengan telpon, ibu tidak sempat menanggapinya. Dan saya juga tidak pernah lagi menanyakanya. Hingga saya pulang ke tanah airpun hal tersebut tidak pernah saya tanyakan meski ketika itu usia saya sudah mendekati tahun ke tiga puluh.

Sampailah pada suatu ketika dalam perjalan saya ke Jakarta, untuk mengisi waktu luang sambil mengunjungi sahabat yang dulu satu aprtemen waktu tinggal di Jepang mengenalkan kepada saya, ada koleganya gadis padang lulusan peternakan Universitas Andalas "mungkin kamu kenal" ujar sahabat kepada saya.   

Singkat cerita, memang dia adik kelas saya tiga tahun. Ketika itu dia sudah mencapai cita citanya bekerja di perusahaan yang baik di Jakarta. Sebagai penerima beasiswa dari Bank Indonesia dengan indeks prestasi yang baik ketika kuliah dulu tentu dia tidak sulit untuk mendapat pekerjaan yang baik pula. sudah mapan.

Kami tidak sulit melakukan pendekan satu sama lain. Saya juga tidak ada strategi atau hal hal yang taktis untuk mendekati. Tidak ada dramatisir. Semua mengalir begitu saja. Karena memang sudah saling kenal. Karena waktu kuliah dulu saya sempat sekelas dengan dia. Maklum saja karena saya mengikuti program magang ke Jepang dari Kemenaker selama tiga tahun di masa kuliah dulu, ada beberap mata kuliah yang tertinggal dan saya harus kejar menyelesaikannya. sehingga saya banyak mengikuti kuliah yang satu kelas dengan angkatan angkatan yang di bawah saya.

Tak lama setelah itu saya menanyakan kepada Ibu perihal pilihan saya. Dengan data yang cukup dan saya sampaikan secara panjang lebar dengan sedikit bumbu bumbu penyedap ibu bisa langsung menanggapi pilhan saya. "soon" tanggapan ibu ketika itu. Artinya di segerakan. Namun dengan catatan hehehe,,, ini yang ngeri. Untuk pembaca sekalian saya ingin menginformasikan, ketika itu saya belum memiliki pekerjaan alias pengangguran. Hal ini juga menjadi catatan bagi dia saat menerima saya. Jadi saya diterima dengan acceptance by conditional atau bersyarat hahaha,,,.

Singkat cerita, proses perkenalan keluargapun berlangsung dan hal hal lainya pun berlanjut.

Di hari yang besoknya adalah hari ulang tahun saya yang ke tiga puluh pada waktu itu proses ijabkabul berlangsung. Jadi saya menikah sehari sebelum menginjak usia kepala tiga. Resepsi pernikahannya bertepan dengan hari ulang tahun saya.

Tiga hari setelah pernikahan kami pindah ke Jakarta. Awalnya tinggal di kos kosan yang sederhana untuk ukuran pengantin baru menurut saya cukup. Tak lama kemuadian saya dapat panggilan kerja dari beberapa perusahaan. Seiring berjalan waktu anak anak pun hadir, dan saat ini bisa menjalani hidup seperti keluarga keluarga lainya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun