Apa dampaknya pandemi tidak sukses dihalangi, karena daya tular tetap tinggi. Mungkin saat itu karena vaksinasi belim berjalan. Sekarang setelah ada vaksin digabungkan dengan pembatasan mikro, Â sebatas pasar, Â mal, Â atau kegiatan masyatakat ramai di suatu titik, Â bisa dikontrol baik. Pandemi mulai mereda. Daerah yang zona merah berangsur jadi oranye, lalu kuning, Â kemudian hijau. Indah.
Kemudian Ramadan tiba, Â belum juga puasa, Â sudah diserukan larangan mudik nasional. Â ASN (Aparatur Sipil Negara) Â dilarang pulang kampung, Â juga dilarang jalan jalan di long week end, Â liburan yanh tanggal merahnya berderet dengan sabtu minggu. Â Sungguh elok rencana manusia.
Semoga saja langkah terkoordinasi dari pusat sampai pelosok desa direstui Allah SWT. Tanpa ijin sang maha pencipta virus dan penyakit penyakit mengerikan. tidak akan bisa menyerang manusia begitu mudahnya.
Di bulan suci penuh berkah ini, Â segenap umat nuslim di seluruh dunia, Â juga penganut agama samawi, Â amat berharap, Â sang maha pencipta mencabut batas edar, Â batas tular virus covid yang besarnya begitu mini hanya ukuran milimikron saja, Â tapi mampu membuat manusia sebesar apapun badannya, gemetar ketakutan.
Bila dulu,  ancaman nuklir,  bom bom besar berledakan menghanurkan dunia mengakibatkan kiamat.  Kali ini,  racun bisa supermini yang ada  di tubuh virus yang gampang pindah dari satu tubuh ke tubuh rentan lain,  jadi ujian. Kesabaran bagi semua.
Nah, marilah kita masuki Ramadan hari pertama ini, Â dengan kesungguhan niatan untuk kembali bersuci. Â membasuh semua penyakit hati. Membuang segala teror di kepala. Â Penyakit hati yang menyiksa. Sebaiknya buang indikator indikator kesuksesan tahun lalu, Â di bulan ini mari kita evaluasi bersama. Â Ada waktu yang cukup untuk mengevaluasi semuanya.
Di dalam normal baru, Â ukuran sukses amat berbeda. . Sekarang bisa bertahan dengan kondisi yang ada. Tidak mengeluh. Tidak sakit fisik. Tidak sakit hati. Tetap rukun dengan pasangan. Dan bisa tersenyum manis pada anak anak saja, Â merupakan perjuangan yang butuh kesabaran.
Mari kita letakkan semua beban hati yang mengacaukan benak kita di tahun pandemi. Letakkan hati hati, Â seluruh kepenatan, teror pikiran di kepala. Tinggalkan di belakang.Kembali tersenyum kepada oeang terdekat Saling bergandeng tangan. Kembali berikan perhatian tulus tanpa batas.
Mungkin dengan menahan lapar dan haus, umat muslim sedunia bisa belajar rendah hati,  mengenali sisi lemah kemanusiaannya,  sekaligus bangkit tertatih dari sisi gelap kepada sisi terang dunia. Buang pesimisme.  Buang. Ketakutan.  Buang rasa sesak didada. Lupakan segala kekerdilan jiwa. Kembalikan semua kepada  kesejatian kalbu murni.
Semoga pada Ramadan kali ini, kita belajar kearifan. Arif sebagai manusia yang berniat menempuh jalan suci, Â menahan lapar dan dahaga saat matahari terbit dan menopang malam dengan ibadah malam tiada henti. Â
Semoga virus virus yang sudah tidak sebegitu menakutkan itu  kembali ditarik ke markas besarnya sana,  atas perintah yang maha kuasa. Alllah SWT.