Pembantaian Santa Cruz atau Pembantaian Dili merupakan peristiwa berdarah yang terjadi di Permakaman Santa Cruz, Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991, saat pendudukan Indonesia di Timor Leste. Peristiwa berdarah dikuburan Santa Cruz dikenal dengan istilah insiden Santa Cruz. Peristiwa itu disebabkan karena adanya bentrokan anti integrasi dan pro integrasi dan juga petugas keamanan Indonesia. Pada 28 Oktober 1991.Â
Pada tahun 1974, terjadi Revolusi Bunga di Portugal yang menggulingkan rezim diktator di sana. Pemerintahan baru Portugal memutuskan untuk melepaskan semua koloninya, termasuk Timor Timur. Setelah Portugal mundur dari koloninya di Timor Timur, terjadi kekosongan kekuasaan. Indonesia kemudian melancarkan Operasi Seroja dan mencaplok Timor Timur pada tahun 1975, menyatakan bahwa Timor Timur menjadi provinsi ke-27 Indonesia (meskipun banyak negara dan PBB tidak mengakuinya).
Lalu, bagaimana peristiwa pembantaian itu bermula? Bagaimana akhir dari peristiwa berdarah yang terjadi di Dili itu?
Kronologi Pembantaian Santa Cruz
Pihak Intelijen Indonesia membuat skenario agar bisa menyulut aktivis prokemerdekaan dengan menyewa para provokator. Pada 27 Oktober 1991, para provokator tersebut mengejek aktivis pro kemerdekaan dan memancing keributan dan akhirnya para aktivis terpancing dan terjadilah perkelahian pada hari itu juga. Pada 28 Oktober 1991, jasad Sebastio Gomez ditemukan tergeletak didekat Gereja Moteal dan pada 12 November 1991, ribuan umat katolik Timor Timur memperingati kematian Sebastio Gomez di Gereja Moteal di Dili atau disebut juga Misa Arwah. Setelah misa arwah tersebut berlangsung, sekitar 500 orang keluar dari gereja dan berjalan sekitar 4 km menuju pemakaman Santa Cruz tempat Sebastio Gomez dimakamkan sambil membentangkan spanduk yang bergambar Xanana Gusmao yang merupakan pemimpin Fretilin.Â
tentara Indonesia telah bersiaga dan kemudian menembaki masa dengan membabi buta diikuti berondongan senapan otomatis. Tentara Indonesia juga menembak ke arah kerumunan dan membuat aktivis pro kemerdekaan tertembak, tentara yang laiinnya menendang dan menusuk hingga terluka. "Demonstrasi 12 November pecah menjadi huru hara ketika sejumlah demonstran terlibat pertengkaran. (A.Nasution, 2009, hal.151-160).
Menurut penyidikan diduga sekitar 313 tewas, banyak di antaranya hilang. Menurut Sintong selaku Pangdam Udayana IX selaku penanggung jawab teritorial bahwa penembakan dilakukan oleh "Pasukan Liar" atau dikenal dengan sebutan SGI (singkatan dari Sat Gas Intelijen (Intelligence Task Force).
"Jadi sebelumnya (28 Oktober), mereka (Pro-Kemerdekaan) membuat kumpul-kumpul, kalau mereka kumpul-kumpul itu biasanya di Gereja Moteal. Jadi mereka kumpul di gereja, orang-orang Pro-Kemerdekaan, jadi dilaporkan bahwa mereka kumpul-kumpul di sana, lalu datanglah satuan satuan intel". Ujar Sintong Pandjaitan dalam wawancara bersama Kumparan.
Tekanan Internasional dan Sanksi AS