Mohon tunggu...
Aziztyas julvannoval
Aziztyas julvannoval Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa

Nama saya Aziztyas Julvannoval saya merupakan seorang mahasiswa S1 jurusan pendidikan sejarah saya memiliki hobi menulis dan membuat sebuah artikel di beberapa platfom sosial media saya tertarik untuk membuat artikel yang berkaitan tentang sejarah dan sosial budaya yang sesuai dengan minat dan jurusan saya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengungkap Pembantaian Santa Cruz: Dari Perlawanan di Gereja Moteal hingga Sanksi AS

28 April 2025   18:01 Diperbarui: 28 April 2025   18:07 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tragedi Santa Cruz (Tribunnews)

Pembantaian Santa Cruz atau Pembantaian Dili merupakan peristiwa berdarah yang terjadi di Permakaman Santa Cruz, Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991, saat pendudukan Indonesia di Timor Leste. Peristiwa berdarah dikuburan Santa Cruz dikenal dengan istilah insiden Santa Cruz. Peristiwa itu disebabkan karena adanya bentrokan anti integrasi dan pro integrasi dan juga petugas keamanan Indonesia. Pada 28 Oktober 1991. 

Pada tahun 1974, terjadi Revolusi Bunga di Portugal yang menggulingkan rezim diktator di sana. Pemerintahan baru Portugal memutuskan untuk melepaskan semua koloninya, termasuk Timor Timur. Setelah Portugal mundur dari koloninya di Timor Timur, terjadi kekosongan kekuasaan. Indonesia kemudian melancarkan Operasi Seroja dan mencaplok Timor Timur pada tahun 1975, menyatakan bahwa Timor Timur menjadi provinsi ke-27 Indonesia (meskipun banyak negara dan PBB tidak mengakuinya).

Lalu, bagaimana peristiwa pembantaian itu bermula? Bagaimana akhir dari peristiwa berdarah yang terjadi di Dili itu?

Kronologi Pembantaian Santa Cruz

Pawai 12 November -CIPDH - (UNESCO)
Pawai 12 November -CIPDH - (UNESCO)
Dibuku Alvian Nasution Sang prajurit pemberani (2017) Peristiwa itu bermula ketika delegasi parlemen Portugal berniat mengunjungi daerah Timor Timur dan akan diikuti 12 jurnalis internasional. Mendengar hal tersebut, Indonesia keberatan bila kunjungan disertai dengan para jurnalis. Dilain pihak, para pemuda Timor Timor melakukan perlawanan bawah tanah dan menyiapkan sambutan atas kunjungan Portugal, namun hal tersebut tidak diketahui oleh Indonesia. Pemuda tersebut membuat spanduk-spanduk penyambutan di gereja Moteal di Dili dan diawasi oleh pihak intelijen Indonesia.

Pihak Intelijen Indonesia membuat skenario agar bisa menyulut aktivis prokemerdekaan dengan menyewa para provokator. Pada 27 Oktober 1991, para provokator tersebut mengejek aktivis pro kemerdekaan dan memancing keributan dan akhirnya para aktivis terpancing dan terjadilah perkelahian pada hari itu juga. Pada 28 Oktober 1991, jasad Sebastio Gomez ditemukan tergeletak didekat Gereja Moteal dan pada 12 November 1991, ribuan umat katolik Timor Timur memperingati kematian Sebastio Gomez di Gereja Moteal di Dili atau disebut juga Misa Arwah. Setelah misa arwah tersebut berlangsung, sekitar 500 orang keluar dari gereja dan berjalan sekitar 4 km menuju pemakaman Santa Cruz tempat Sebastio Gomez dimakamkan sambil membentangkan spanduk yang bergambar Xanana Gusmao yang merupakan pemimpin Fretilin. 

tentara Indonesia telah bersiaga dan kemudian menembaki masa dengan membabi buta diikuti berondongan senapan otomatis. Tentara Indonesia juga menembak ke arah kerumunan dan membuat aktivis pro kemerdekaan tertembak, tentara yang laiinnya menendang dan menusuk hingga terluka. "Demonstrasi 12 November pecah menjadi huru hara ketika sejumlah demonstran terlibat pertengkaran. (A.Nasution, 2009, hal.151-160).

Menurut penyidikan diduga sekitar 313 tewas, banyak di antaranya hilang. Menurut Sintong selaku Pangdam Udayana IX selaku penanggung jawab teritorial bahwa penembakan dilakukan oleh "Pasukan Liar" atau dikenal dengan sebutan SGI (singkatan dari Sat Gas Intelijen (Intelligence Task Force).

"Jadi sebelumnya (28 Oktober), mereka (Pro-Kemerdekaan) membuat kumpul-kumpul, kalau mereka kumpul-kumpul itu biasanya di Gereja Moteal. Jadi mereka kumpul di gereja, orang-orang Pro-Kemerdekaan, jadi dilaporkan bahwa mereka kumpul-kumpul di sana, lalu datanglah satuan satuan intel". Ujar Sintong Pandjaitan dalam wawancara bersama Kumparan.

Tekanan Internasional dan Sanksi AS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun