Saya mengenalkan pendekatan Embuhisme---cara pandang yang lahir dari keikhlasan menerima ketidakpastian hidup. Bahwa tak semua harus dipahami sekarang, cukup dijalani dengan sadar, dan percaya: mbuh priben carane... kersane Gusti Allah.
Sepanjang sisa perjalanan, travel yang tadinya terasa pengap oleh emosi negatif berubah jadi ruang diskusi yang hidup. Sherly dan Hana pun berubah. Obrolan mengalir ringan. Kami bertukar cerita tentang pemberdayaan diri, tentang makna hidup dan penghidupan, tentang bagaimana menjalani hari-hari dengan lebih tenang dan ikhlas.
Saya kembali belajar satu hal: perjalanan yang tampak "melenceng" dari rencana awal, justru seringkali membawa kita ke momen yang paling berarti. Kadang Tuhan menggagalkan satu rute, bukan untuk menyulitkan, tapi agar kita bisa bertemu orang-orang yang ternyata sefrekuensi. Agar kita punya kesempatan untuk saling berbagi, bukan hanya tujuan, tapi pemahaman.
Dan ya... dari kereta yang batal, travel yang penuh emosi, hingga warung makan di Lasem---Embuhisme hadir sebagai jembatan. Menenangkan, menghangatkan, dan menyatukan.
Catatan untuk Diri dan Siapa Saja yang Membaca:
Jika kamu merasa hidup sedang tak sesuai rencana, mungkin itu bukan kesalahan. Mungkin itu cara Tuhan menunjukkan bahwa arah bisa berubah, tapi makna tetap bisa ditemukan. Cobalah duduk tenang, hirup napas dalam, dan bisikkan:
"Mbuh priben carane... kersane Gusti Allah."
{{{ Positif, Sehat dan Bahagia }}}
Aziz Amin | Wong Embuh
Trainer & Profesional Hipnoterapis Griya Hipnoterapi MPC Kabupaten Brebes
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI