Hidup adalah simfoni yang penuh irama, kadang mengalun lembut, kadang menghentak dengan nada-nada yang tak kita duga.Â
Seperti sebuah melodi yang tiba-tiba berubah, seorang anak jatuh sakit. Tubuh mungilnya terbaring, nafasnya tersengal, dan dunia seolah berhenti sejenak.Â
Segala hiruk-pikuk kehidupan merunduk padanya, menjadikannya pusat perhatian semesta.
Barangkali, ini bukan sekadar sakit. Ini adalah bisikan halus doa yang dikabulkan dengan cara yang tak pernah diduga.Â
Bukankah ia pernah meminta lebih banyak waktu bersama ayah dan ibunya?Â
Memohon agar pelukan mereka lebih lama, agar tatapan mereka lebih penuh kasih?Â
Maka semesta pun mengatur langkahnya, menghadirkan sakit bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai pintu perjumpaan yang lebih dalam.
Di saat tubuhnya lemah, justru kehangatan keluarga menguat. Tangan-tangan yang dulu sibuk kini menggenggam lebih erat.Â
Ayah yang jarang ada waktu kini menjaganya setiap saat. Ibu yang selalu terburu-buru kini duduk di sisinya, membisikkan doa dalam setiap sentuhan. Dunia yang luas menyempit menjadi satu titik: dirinya.
Mungkin ini yang disebut harmoni kehidupan---sebuah keseimbangan yang diciptakan oleh Yang Maha Mengatur.Â