Mohon tunggu...
Syifa Azizah
Syifa Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - A fresh graduate from Communication major.

A human who (sometimes) write.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jiwa Indonesia Jaya

15 Februari 2021   12:42 Diperbarui: 15 Februari 2021   12:48 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tahun 2018 silam, KPI melakukan penelitian terhadap sejumlah responden ahli tentang kualitas program acara televisi. Di sektor acara anak-anak, indeks yang diperoleh hanya berjumlah 3.03, cukup jauh di bawah skala berkualitas (4) yang ditentukan KPI. Artinya, masih terdapat ruang lebar untuk perbaikan dan perkembangan kualitas program anak-anak di televisi Indonesia.

Acara anak-anak sempat menguasai pertelevisian Indonesia di masa lalu. Si Bolang dan Si Unyil menjadi teman akrab anak-anak Indonesia di siang hari, sama pentingnya dengan Doraemon dan Shinchan di Minggu pagi. Tayangan-tayangan tersebut masih menghiasi televisi, namun lebih dikenang anak-anak yang telah beranjak dewasa ketimbang anak-anak yang memang masih anak-anak.

Tidak ada pihak yang patut disalahkan selain modernisasi dan kemajuan teknologi. Orang tua saat ini lebih gemar mempertontonkan tayangan dari luar negeri karena aksesibilitas di berbagai situs daring. Pilihannya pun beragam, tidak seperti acara anak-anak di saluran televisi lokal yang kian hari kian menipis. Orang tua bisa menentukan tontonan apa yang patut disaksikan anaknya sesuka hati tanpa khawatir.

Dampaknya, ekspos akan bahasa Inggris menjadi lebih intens, melebihi bahasa Indonesia selaku bahasa primer. Keadaan ini diperparah dengan masa pandemi yang membatasi kegiatan sosialisasi anak-anak. Mereka akan menyerap apa yang sering didengar layaknya bahasa utama, sehingga menganggap bahasa Indonesia dan bahasa Inggris setara.

Fase ini disebut dengan play stage (tahap meniru), yakni tahapan kedua dalam sosialisasi manusia. Jika lingkungan anak berbicara dalam tata cara tertentu, ia akan mengikuti pola demikian pula. Berbicara dalam bahasa Inggris adalah contohnya. Anak akan mengikuti gaya bicara karakter-karakter tayangan berbahasa Inggris meski tidak mengerti maksudnya.

Pihak orang tua memanfaatkan fase ini dengan memaksimalkan pengajaran dua bahasa. Mereka bahkan turut mencampurkan sejumlah bahasa dalam kalimat yang sama mengikuti ritme si anak. Kendati yang terjadi haruslah sebaliknya---orang tua sebagai contoh berbahasa yang baik.

Percampuran berbagai bahasa kadang menimbulkan konflik bahasa pada si anak. Kejadian ini disebut dengan speech delay, di mana seorang anak mengalami keterlambatan berbicara dibandingkan anak seusianya. Anak akan kebingungan membedakan penggunaan bahasa sehari-sehari. Kosakata yang seharusnya telah dikuasai di usia tertentu tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Walau begitu, pengajaran dua bahasa tidak selamanya negatif, Banyak sekali anak-anak yang lihai dalam dua bahasa sekaligus. Keuntungan anak-anak dwibahasa akan semakin terasa ketika ia mencapai usia dewasa nanti. Ia akan lebih mudah menyerap informasi dan berkomunikasi dalam dua bahasa akibat kebiasaan sejak kecil. Pengetahuannya juga cenderung lebih luas melebihi anak-anak yang dibesarkan secara ekabahasa.

Tak dapat dipungkiri bahwa pandai berbahasa Inggris masih diagung-agungkan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka yang lihai berganti-ganti bahasa internasional dianggap lebih menakjubkan dibandingkan orang yang cakap berbahasa daerah. Padahal, gelarnya pun sama---dwibahasa dan multibahasa.

Modernisasi tidak seharusnya mengikis jiwa nasionalisme. Cakap berbahasa Inggris memang bagus, tetapi bukan berarti kita menganggap enteng bahasa Indonesia. Kita ini rakyat Indonesia, kita harus dapat berkomunikasi dengan sesama. Melestarikan bahasa Indonesia adalah perkara wajib bagi kita, rakyat-rakyat Indonesia. Bagaimana kita bisa bersatu jika bahasa pun tak lagi satu?

Anak-anak adalah warisan negeri yang paling unggul. Melalui mereka, kita dapat meneruskan budaya dan tanggung jawab sebagai bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu peninggalan utama. Cakap berbahasa Indonesia tidak seharusnya dipersulit di generasi berikutnya, sehingga penting untuk menguatkan pondasi bahasa Indonesia pada generasi sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun