Mohon tunggu...
Azhar Muhammad
Azhar Muhammad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dokter Spesialis dan Tukang Sapu

30 April 2011   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Mahmud seorang dokter spesialis ternama membuka praktek klinik mulai pagi hari dari jam 06.00 – 08.00, letak klinik pratek di jalan protocol yang strategis. Jalan di depan klinik tersebut tiap pagi dibersihkan oleh tukang sapu dari Pemda yaitu seorang Ibu kira-kira berumur 51 tahun (sebut saja namanya Bu Atun). Bu Atun dalam melaksanakan tugasnya ditemani cucunya laki-laki bernama Soleh anak kecil berumur 4 tahun. Ayah Soleh sudah meninggal dunia sedangkan ibunya Soleh berkerja sebagai TKW di Malaysia, praktis saat itu Soleh diasuh oleh neneknya yang biasa Dia panggil mBah Atun, Soleh tiap saat selalu bersama mBah Atun meskipun ketika menjalankan tugas menyapu jalan raya.

Mbah Atuntiap hari setelah selesai menyapu jalan raya biasa beristirahat diteras tempat klinik dokter Mahmud, tempat itu memang tampaknya paling nyaman untuk keperluan mBah Atun istirahat, minum teh hangat dan makan pagi bersama cucu kesayangannya, mungkin selain nyaman disana tersedia kran air bersih yang bisa untuk cuci tangan.

Hampir tiap pagi dokter Mahmud menjumpai mBah Atun dan cucunya memanfaatkan teras klinik, beliau tidak keberatan bahkan mengijinkan.  Ada kebiasaan baik dari mBah Atun dan cucunya tiap pagi suka membantu membukakan pintu pagar klinik supaya mobil Pak dokter bisa masuk. Sering ketika keduanya sedang makan mobil dokter datang, kemudian mBah Tun menghentikan sebentar urusan makan pagi untuk membukakan pintu Pak dokter demikian pula cucunya mengikuti.

Saking seringnya bertemu, Pak dokter ternyata memperhatikan menu yang dimakan nenek dan cucunya tersebut. Timbullah rasa iba dari Pak dokter karena lauk yang dimakan berupa kerupuk dan sambal kecap, lain hari berupa tempe rebus dimakan bersama sambal parutan kelapa.

Disuatu hari tanpa pemberitahuan terlebih dahulu Pak dokter datang bersama istrinya memberikan hadiah kejutan berupa lauk bandeng presto kesukaan keluarga dokter Mahmud untuk makan pagi mBah Atun dan cucunya, dengan harapan supaya senang dan sekedar perbaikan gizi. Pak dokter didampingi istrinya dengan suka cita mengutarakan maksud baik memberikan menu istimewa untuk mereka berdua, pikirnya nenek dan cucunya akan menerima dengan gembira.

Ternyata diluar dugaan nenek tersebut menolak pemberian dokter tersebut dengan jawaban : “Maaf Pak dokter, sudah lama cucuku kepingin makan lauk pepes ikan pedak, baru hari ini Saya dapat mengabulkan kesukaan cucu saya ini ”. Sambil ditunjukan bungkusan pepes ikan pedak yang dibawanya, dengan ketakutan mBah Atun kembali memohon maaf kepada Pak dokter karena menolak pemberiannya.

Melihat jawaban tersebut istri dokter matanya berkaca-kaca terharu, betapa keluarga yang diceriterakan suaminya hidup dalam kekurangan, ternyata sang nenek punya cara tersendiri untuk menyenangkan hati cucunya. Pak dokter beserta istrinya dapat memahami penolakan dari tukang sapu tersebut, beliau tidak mau mengganggu kesukaan Soleh yang sudah lama tertunda.

Akhirnya dengan basa-basi Bu Mahmud (istri Pak dokter) minta sedikit untuk mencicipi masakan mBah Atun berupa pepes ikan pedak. Tidak disangka Mbah Atun malah memberikan dua bungkus pepes ikan pedak kepada Bu Mahmud. Tidak menunggu lama Bu Mahmud langsung membuka bungkusan itu dan dicuil sedikit kemudian dimakan. Setelah itu Bu Mahmud kaget merasakan kelezatan masakan pepes ikan pedak yang dicicipinya seraya bilang : “Rasanya luar biasa, menggugah selera, bandeng presto Saya bukan bandingannya!”.

Setelah dari peristiwa semakin akrab saja hubungan antara kedua keluarga. Suatu hari Bu Mahmud tergerak hati punya maksud supaya mBah Atun bekerja saja dirumahnya sebagai tukang masak dan cucunya yang bernama Soleh akan dibiayai untuk keperluan sekolahnya. Maka pada keesokan hari Pak dokter mendekati mBah Atun untuk mengutarakan maksud baiknya, Pak dokter berkata dengan berhati-hati kepada mBah Atun, mungkin karena takut kalau-kalau penawarannya ditolak.

Syukurlah, ternyata Mbah Atun menerima ajakan Pak dokter, dijawablah tawaran tersebut dengan kata-kata yang terputus-putus oleh mBah Atun, mungkin saja karena dilingkupi perasaan gembira atas kebaikan hati Pak dokter serta melihat masa depan cucunya yang lebih terjamin.

Kini mBah Atun tinggal dirumah keluarga dokter Mahmud, demikian Soleh bisa sekolah dengan baik, Soleh menjadi anak angkat dokter Mahmud dan bila menyebut dokter Mahmud dengan panggilan Ayah.

Pembaca yang Budiman, kiranya dapat mengambil hikmah dari ceritera diatas.

Hadiah masakan yang dipandang baik oleh seorang dokter, ternyata tidak menarik bagi nenek si penerima, mBah Atun lebih bahagia makan pagi dengan masakan yang diusahakan sendiri untuk cucu yang dicintai.

(Azhar Muhammad)


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun