Mohon tunggu...
Azam Putra Lewokeda
Azam Putra Lewokeda Mohon Tunggu... Guru Pelosok -

Guru Madrasah Adonara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dalam Kesederhanaan

11 Februari 2019   18:26 Diperbarui: 11 Februari 2019   19:23 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta adalah seperangkat perasan yang melilit raga. Siapa, kapanpun itu akan teguk lutut bila meneguk madu cinta. Kadang memeras raga kapan dan dimana ia hadir, pasrah mereguk mesranya cinta. Begitu manisnya madu cinta sampai manusia begitu termabuk olehnya. Kadang  maut berhelatan begitu sengit, adapula kehancuran begitu besar dibuatnya.

Tapi mencintai dalam sebuah makna rasa itu kebahagiaan surga yang diperiodikan di dunia.

Tanjung Bunga, November 2016.

Sore itu, langit menudung mendung, gerimis perlahan menelanjangi bumi, tak kala smilir menyayat sampai kerusuk, sampai raga kaku  ditotok gigil. Tidak bagi ama Kopong, tak seperti para perjaka tulen. Ia dengan jantannya menelanjang dada di alam bebas, memamerkan keperiaannya sambil berhujanan.

Umurnya kira-kira angkatan 2000an, pasti dia sedang berpesta puber, yaa..sebab dia masih labil. Berlarian diatas pungung aspal yang berair dengan sebuah ban sepeda motor, digulingnya begitu ngebut, mungkin secepat rintik hujan, itu dijadikan sebagai perangsang gembiranya. 

Ia nampak bahagia, dari air mukanya ada seonggok perasaan yang dipendam begitu tenang, seperti gumpalan bening air di jalan itu. Sesekali bibir tipisnya menyipit senyum khas ketampanannya.

Ia nampak amat bahagia sore itu.

Ama kopong adalah seorang pemuda tampan dari sebuah pelosok, tak banyak orang mengenalnya. Hanya kedua orang tuanya dan warga sekampungnya. 

Kebiasaan ia di musim hujan hanya bermain air hujan. Meskipun itu dilarang orangtuanya dan juga para bidan, bahwa bermain hujan pasti akan sakit, tetapi bagi Ama Kopong dan kawan-kawannya berhujanan itu memilih berkah yang dijatukan tuhan lewan bulir-bulir air.

Tahun ini, merupakan tahun terakhir kopong menamatkan kisah remajanya, dengan mengakhiri ujian jenjang SMP. Ia amat sangat bahagia, waktu menerima hasil bahwa ia lulus.

Karena di desanya belum ada lembaga pendidikan tingkat Atas, ama Kopong terpaksa keluar dan melanjutkan pendidikannya di kota kecamatan. Awalnya ia amat gugup, karena baru juga berpisah dari lingkup kedua orangtua. Namun dengan mimpi dan tekadnya, ama Kopong memberanikan diri meleburkan diri di alam barunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun