Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Oalah

17 Juni 2020   22:11 Diperbarui: 17 Juni 2020   22:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Semua bermula ketika Kampung Sengon punya warga baru bernama Ningrum dan Nyai Ruru. Kedua sosok perempuan lembut, manis, berhijab dan pintar mengaji yang konon katanya baru pindah dari kota itu, seperti malaikat. Murah hati, banyak membantu orang. Orang-orang kemudian jadi suka pada keduanya. Maksudnya pada kepribadian yang bersahaja dan terkenal solehah itu.

Terlebih-lebih Pono, Ia kemudian yang begitu getol mengenalkan orang-orang pada Ningrum dan Nyai karena kemurahan hatinya. Memberi pinjaman tanpa menggadaikan barang, dan  mudah syaratnya cuma dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk, lalu semua pun beres. Uang cair tiga puluh menit. Apalagi pinjaman online ini ada embel-embel syariahnya.

Maka nyaris semua orang di Kampung Sengon ternyata berduyun-duyun kemudian melakukan pinjaman online dengan embel-embel syariah. Dan orang-orang itu, yang memang sedang dirundung duka akibat wabah dan kesulitan hidup karenanya tentu saja begitu cepat mengambil kesempatan langka ini. Daripada menunggu bantuan dari Lurah yang tidak seberapa, sementara nafkah semakin sulit didapat dalam keterbatasan.

Tapi semua jadi aneh ketika satu persatu orang mati mendadak. Langsung dikubur begitu saja tanpa banyak tanya, karena kemungkinan kematiannya adalah asbab wabah yang sedang ramai menyebar di seluruh kampung.

...


"Manusia-manusia sudah jarang muja aku. Sudah banyak yang tidak butuh layananku."

Nyi Ruru Gandul berkeluh kesah, sore itu dia mencurahkan keresahannya pada abdi setianya. Ningrum.

"Saya buatkan akun Instagram dan fanpage Facebook ya Nyi. Bikin iklan pesugihan online, murah kok cuma modal dua puluh ribu bisa meraih ratusan orang. Sekarang semua serba digital."

...


"Apa lagi yang salah?" Keluh Nyi Ruru Gandul pada Ningrum lagi. Terlihat sosok ratu siluman belut itu merubah diri menjadi manusia cantik dengan balutan kebaya berwarna serba hijau, sementara si abdi dalem,  sedang memegang kamera untuk sesi pemotretan kemudian menyalahkan pakaian junjungannya.

"Kalau Nyai pakai pakaian begini, ndak bakal ramai yang minat. Layanan pesugihan kita kan berkedok pinjaman online pakai embel-embel syariah, harus pakai hijab panjang dan bercadar, biar sesuai dengan hashtagnya #hijrah dong!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun