Mohon tunggu...
Putri Ayu
Putri Ayu Mohon Tunggu... Administrasi - Profesi yang gak jauh-jauh dari Media, di salah satu Instansi Pemerintah

bercita-cita ingin punya bisnis kuliner, suatu hari nanti :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gempa Lombok Terulang, Akankah Para Korban Mengalami Trauma Berkepanjangan?

13 Agustus 2018   15:12 Diperbarui: 15 Mei 2019   10:14 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/search?q=gempa+lombok+2018&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiHwomtyJziAhVy73MBHUK7CkYQ_AUIDygC&biw=1920&bih=920#imgrc=U7PYLWOT-7oStM:

Bencana gempa bumi tengah  melanda negeri tercinta, setelah gempa Lombok terjadi pada tanggal 5 agustus 2018 dengan kekuatan 7.0 dan berpotensi tsunami, tentunya menyisakkan duka bagi para korban yang harus kehilangan dari segi materiil dan immateriil. 

Ketika dalam masa pemulihan dan masa bangkit, penduduk Lombok kembali dikejutkan oleh gempa susulan yang terjadi pada kamis, 09 Agustus 2018. 

Berdasarkan data dari BMKG, gempa terdeteksi dengan kekuatan 6.2 SR dengan kedalaman 12 km yang terjadi di lokasi 116.22 Bujur Timur (BT) dan 8.6 Lintang Selatan (LS) dengan kedalaman 12 KM, tepatnya berlokasi di sebelah barat Gunung Rinjani yang masih berada pada bidang sesar Naik Flores.

Hasil Pemutakhiran kekuatan gempa susulan menjadi M=5.9 dengan intensitas tingkat guncangan di perkirakan mencapai 4 SIG (Skala Intensitas Gempa) BMKG atau VI MMI di daerah Lombok Utara, artinya getaran dirasakan oleh banyak orang, kebanyakan semua terkejut dan lari keluar.

Kedua gempa yang terjadi di Lombok termasuk kategori besar dan mempunyai kedalaman dangkal (<10 km), karena jika ingin dilihat dari dampak yang ditimbulkan, maka banyak kita lihat bangunan yang rusak dan runtuh. Tentunya meninggalkan trauma tersendiri bagi para penduduk Lombok setelah gempa pertama berdampak pada potensi tsunami walaupun itu tidak terjadi, setelah peringatan dini tsunami dari BMKG sempat diakhiri atau dinyatakan berakhir.

Banyak warga mengalami trauma, setelah kejadian gempa bumi banyak dari mereka yang tidak ingin memasuki rumah karena takut ada gempa susulan, walaupun pada kenyataannya dan menurut pengamatan, gempa susulan (aftershock) tidak akan mempunyai kekuatan lebih besar dari gempa utama (mainshock).

Sebagai informasi berdasarkan data sampai saat ini gempa bumi masih belum dapat diprediksi kapan dan dimana tepat akan terjadi, hanya penyampaian informasi Gempa Bumi yang dilakukan setelah gempa dapat dilakukan di bawah kurun waktu 5 menit, untuk menghindari korban yang berjatuhan.

Perkembangan teknologi dan penataan infrastruktur belum secanggih negara Jepang, pemerintah jepang sudah memiliki kebijakan secara prosedurial untuk membangun bangunan tahan gempa untuk setiap rumah, dan langkah ini belum di adaptasi oleh Indonesia. Yang merupakan negara yang rawan akan gempa. Sehingga ketika gempa besar terjadi sudah bisa diprediksi sebagian bangunan akan mengalami retak retak dan yang paling bahaya adalah runtuh nya bangunan. Hal tersebut secara langsung dapat mengakibatkan banyaknya korban jiwa karena peran adaptasi dari bangsa kita memang masih di rasa sangat kurang.

Berdasarkan release dari BMKG sampai pada pukul 13 agustus 2018 pukul 10 WITA gempa susulan yang terjadi sebanyak 593 kali. Dari awal gempa bumi terjadi, diperkirakan sekitar 392 orang meninggal dunia yang tersebar di beberapa kota seperti Lombok Utara 339 utara, Lombok Barat 30 orang, Kota Mataram 9 Orang, Kota Lombok 2 orang, Lombok Timur 10 orang, Lombok tengah 2 orang.    

Dari kejadian ini juga banyak pihak yang tidak bertanggung jawab menyebarkan isu yang tidak bertanggung jawab terkait gempa susulan yang akan terjadi di Lombok, alangkah baiknya kita tidak langsung percaya terhadap  isu yang beredar jika sumber nya memang  tidak jelas seperti dari BMKG ataupun BNPB. Hal tersebut sebagai langkah preventif buat kita dalam hal proses memitigasi gempa bumi,  karena sampai saat ini gempa bumi belum bisa diprediksi kapan dan dimana akan terjadi. 

Bentuk preventif lainnya adalah dengan mengenal kondisi rumah dan tempat kita bekerja apa sudah aman jika terjadi gempa bumi, apakah bangunannya cukup kokoh atau tidak, atau memberikan jalur evakuasi di setiap gedung perkantoran. sedikit upaya mitigasi atau pencegahan setidaknya dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun