JAKARTA --- Kasus selebgram Lisa Mariana yang dilaporkan ke Direktorat Reserse Siber Polda Jawa Barat terkait beredarnya tiga video asusila mendapat sorotan tidak hanya dari sisi hukum, tapi juga dari sisi spiritual. MS Alfa, pakar lintrik Nusantara yang dikenal sering memberikan tafsir energi dari peristiwa-peristiwa besar, turut mengomentari kasus ini.
MS Alfa melakukan pembacaan lintrik secara khusus terhadap kasus Lisa Mariana pada Kamis malam (10/7), beberapa jam setelah media ramai memberitakan rencana pemanggilan selebgram tersebut oleh penyidik.
"Lintrik menunjukkan adanya simpul energi negatif yang mengikat kuat pada sosok perempuan yang sedang dilaporkan ini," ujarnya saat ditemui di kediamannya.Â
"Aura gelap tersebut bukan hanya hasil dari tindakan pribadi, tetapi juga dari energi sosial yang tercipta di sekitarnya---termasuk tekanan publik, ekspektasi pengikut, dan ilusi popularitas."
Kasus Masih Diselidiki
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Lisa Mariana dilaporkan oleh Asosiasi Advokat Indonesia atas dugaan keterlibatan dalam video asusila yang diperjualbelikan oleh pihak ketiga di situs dewasa. Polisi menyita tiga video sebagai barang bukti dan menduga pemeran dalam video tersebut merupakan orang yang sama.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan menyebutkan bahwa laporan tersebut bukan berasal dari mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, melainkan dari pihak lain. Direktur Reserse Siber Polda Jabar Kombes Pol Resza Ramadianshah mengonfirmasi bahwa video tersebut memang beredar dan diperjualbelikan secara daring, dan penyidikan tengah berlangsung. Namun hingga saat ini kuasa hukum Lisa Mariana, Markus Nababan, belum memberikan tanggapan resmi kepada media.
Energi Terbuka, Perlindungan Tertutup
Menurut MS Alfa, hasil pembacaan lintriknya menunjukkan bahwa Lisa berada dalam kondisi spiritual yang rapuh. Ia menyebut ada "perisai energi" yang terbuka sehingga memudahkan gangguan dari luar masuk ke dalam kehidupan pribadi.
"Seseorang yang beraktivitas di ruang digital dengan pengaruh besar namun tidak menjaga pagar batin atau tidak memiliki grounding spiritual yang kuat, sangat rentan dimanipulasi oleh pihak lain," kata MS Alfa.
Ia tidak serta merta menyimpulkan Lisa bersalah atau menjadi korban, namun menekankan bahwa lintrik menunjukkan posisi yang tidak netral: "Ada karma yang bergerak. Apakah itu karma lama atau hasil dari keputusan-keputusan hari ini, hanya waktu yang akan mengungkap."
MS Alfa juga mengingatkan bahwa dalam banyak kasus eksploitasi digital, publik terlalu cepat menilai hanya dari apa yang terlihat. Padahal dalam lintrik, banyak hal yang tersembunyi di balik layar yang memengaruhi kenyataan.
"Kita terbiasa menghakimi berdasarkan tampilan. Tapi lintrik mengajarkan bahwa apa yang kasat mata belum tentu menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi," tuturnya.
Ia pun menyoroti kemungkinan bahwa Lisa Mariana menjadi korban pihak ketiga yang memanfaatkan celah digital untuk menyebarkan dan menjual konten tanpa izin.
"Jika memang benar ada penyalahgunaan oleh pihak luar, maka penyidikan harus mampu menembus lapisan digital yang rumit itu. Bukan hanya menyasar tokoh di depan layar," katanya.
Seruan untuk Masyarakat Digital
Menurut MS Alfa, kasus ini harus dijadikan cermin bagi masyarakat digital, bahwa popularitas di dunia maya datang dengan risiko spiritual dan sosial. Ia menyerukan pentingnya penguatan nilai, refleksi batin, dan perlindungan terhadap energi diri.
"Banyak yang mengejar sorotan tanpa sadar bahwa mereka membuka celah bagi energi negatif untuk masuk. Lintrik menekankan keseimbangan antara pencapaian lahir dan kekuatan batin," pungkasnya.
Sebagai penutup, MS Alfa mengajak masyarakat untuk tidak ikut-ikutan menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya dan tidak menjadikan kasus ini sebagai bahan penghakiman publik.
"Biarkan hukum bekerja, dan semoga kebenaran yang sejati muncul. Yang terpenting, mari jaga energi kolektif kita tetap bersih," tutupnya.***(YN)Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI