Mohon tunggu...
Ayu Priana
Ayu Priana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Kecanduan Gawai Pada Anak

20 Juni 2021   21:58 Diperbarui: 20 Juni 2021   22:26 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gawai atau gadget merupakan barang yang tidak asing lagi bagi banyak orang saat ini, tak terkecuali pada anak-anak. Apalagi semenjak diberlakukannya PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) akibat dari terjadinya pandemi di Indonesia, penggunaan gawai semakin marak belakangan ini sebagai media penunjang kegiatan belajar dan bersekolah anak-nak dari rumah. Seorang pengamat Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah menilah bahwa maraknya anak-anak yang kecanduan gawai merupakan dampak negatif dari diberlakukannya belajar dari rumah (Widyanuratikah, 2021).

Faktor lain penyebab kecanduan atau ketergantungan anak menggunakan gawai juga dipengaruhi peran orang tua di dalamnya. Orang tua yang cenderung sejak awal memberikan penggunaan gawai secara bebas kepada anak akan membentuk kebiasaan perilaku anak yang kecanduan menggunakan gawai.

Data menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara terbesar nomor lima pengguna gawai di dunia. Menurut Wulandari (2016), pada tahun 2014 pengguna aktif smartphone di Indonesia mencapai 47 juta jiwa, dan 79,5% di antaranya adalah anak-anak dan remaja (Zaini & Soenarto, 2019). Data tersebut tentunya cukup mengagetkan karena menujukan bahwa mayoritas pengguna gawai justru berasal dari kalangan remaja dan anak-anak. Data tersebut juga semakin mendukung pernyataan bahwa banyak anak-anak kecanduan menggunakan gawai.

Ketergantungan anak pada gawai juga tidak luput dari peran orang tua. Menurut Louis (2015) data menunjukkan bahwa sebesar 25% orang tua meninggalkan anak mereka sendirian dengan gawai saat waktu menjelang tidur, 33% orang tua mengaku bahwa anak mereka yang berusia 3-4 tahun sering menggunakan lebih dari satu buah smartphone, 42% orang tua mengaku anaknya yang berusia 1 tahun menggunakan gawai untuk bermain game, menonton video, dan bermain aplikasi, 70% orang tua mengaku memberikan izin anak mereka yang berusia 6 bulan sampai 4 tahun untuk bermain smart phone di saat mereka sedang melakukan pekerjaan rumah, dan 65% orang tua mengaku memberikan gawai kepada anak mereka untuk menenangkan anak saat berada di tempat umum (Zaini & Soenarto, 2019). Dari data tersebut jelas bahwa orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam ketergantungan anak menggunakan gawai.

Penggunaan gawai oleh anak tentunya memiliki sisi positif dan negatif. Hal positif dari penggunaan gawai adalah memudahkan anak dalam kegiatan belajar dan mencari informasi mengenai materi pembelajaran, khususnya pada saat kegiatan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) selama pandemi COVID-19. Gawai memudahkan anak untuk terhubung dengan guru dan teman-teman di sekolah sehingga memudahkan anak dalam kegiatan belajar.

Namun tentunya penggunaan gawai juga memiliki dampak negatif untuk anak. Penggunaan gawai terlalu sering dapat mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan pada gawai. Anak cenderung akan terlalu sering menggunakan gawai, padahal bukan untuk kegiatan belajar. Melainkan untuk melakukan hal lain seperti mengakses media sosial, bermain game, menonton video streaming, dan lainnya. Jika sudah merasa ketergantungan, muncul dampak lain untuk anak, yakni menjadi terlalu banyak waktu bermain gawai. Sehingga melupakan pekerjaan lain, seperti belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua, bahkan membuat anak enggan untuk bersosialisasi secara langsung dengan teman sebaya.

Semua hal tentu memiliki sisi positif dan negatif, baik dan buruk. Bagaikan dua sisi koin, keduanya terjadi secara bersamaan, tidak dapat dihindari. Semua dampak baik dan buruk tergantung bagaimana kita menerima dan menyikapi hal tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun