Pengenalan gender merupakan langkah awal dalam mengedukasi perihal seksual kepada anak. Diberikan sejak dini, bertujuan agar anak memiliki ketertarikan dalam mengetahui perbedaan anak laki-laki dan perempuan. Tentunya pengenalan gender pada anak membutuhkan strategi khusus agar anak tidak salah dalam menangkapnya. Hal tersebut akan memengaruhi pembentukan perilaku dan kepribadiannya ketika dewasa.
Bayi usia 0-2 tahun, mereka memahami lingkungannya melalui sentuhan ibunya. Bagi mereka, sentuhan memberi arti penting. sentuhan itu bikin nyaman. Balita usia 2-4 tahun, mereka mulai menyadari jenis kelamin mereka. Mulai mengenali bagian tubuhnya, penasaran dengan jenis kelamin orang lain. Anak pra sekolah usia 4-6 tahun, pengetahuan yang dimiliki semakin luas. Mereka mengenali tubuh orang lain melalui bermain. Anak mulai dapat memberdakan perilaku dengan jenis kelamin yang berbeda.
Dari paparan tersebut, penulis memiliki cara agar dapat menyeimbangkan pemahaman gender kepada anak. Saya rangkum seperti berikut.
Melalui permainan
Pada usia balita, anak cenderung menyukai permainan rumah-rumahan. Permainan yang sebenarnya dapat dimainkan oleh kedua jenis kelamin. Baik laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan permainan, karena setiap permainan memiliki manfaat masing-masing dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan mengenal figur ayah dalam permainan rumah-rumahan, anak laki-laki dapat meneladani sikap kewibaan yang identik untuk laki-laki. Begitupun pemeran ibu dalam permainan tersebut juga dapat diteladani anak perempuan untuk menjadi pribadi yang telaten dan penuh kasih sayang.
Melalui film
Setiap hal yang berbau dengan audio atau visual, anak selalu menyukainya. Terlebih orang tua dapat memanfaat film akan hal itu. Keluarga bisa memberikan edukasi melalui keteladanan tokoh yang berada dalam film mengenai gender.
Melalui buku cerita
Meskianak anak belum bisa membaca, mereka suka mendengar dongeng dari orang tuanya. Hal ini menjadi kesempatan unuk memanfaatkan antusias mereka dengan menyelipkan sekilas mengenai edukasi dari setiap cerita yang akan dibacakan. Kemudian juga bisa orang tua berikan pertanyaan mengenai perbedaan karakter tokoh.
Malang, 26 September 2018
Alfiyah Qurrotu A.