Mohon tunggu...
Ayunda dyah
Ayunda dyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SMH BANTEN

Hallow all, aku memiliki hobi membaca buku novel, aku lebih cenderung menyukai suasana sepi atau tenang untuk membaca karena lebih memudahkan untuk menyerap isinya, aku juga biasanya lebih menyukai konten yang berbau tentang wisata alam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekofeminisme dan Peran Perempuan Terhadap Lingkungan Sekitar

16 Mei 2024   00:32 Diperbarui: 16 Mei 2024   00:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lingkungan selalu menjadi hal yang menarik untuk dibahas karena pada hakikatnya lingkungan adalah sentral dari segala aktivitas manusia.

Perlu kita ketahui bahwa lingkungan tidak serta merta bergerak dengan sendirinya melainkan ada bantuan dari makhluk lain untuk mereka bisa mempunyai kehidupan. Bantuan itu bisa dari siapa saja baik manusia ataupun yang lain, Termasuk salah satunya yakni peran perempuan.

Alam memang kerap dikaitkan karena dekat dengan sosok perempuan baik secara konseptual, simbolik dan lingusitik. Contohnya adalah istilah Ibu Bumi atau Ibu Pertiwi yang menggambarkan sifat feminin yaitu menyayangi, merawat dan menghidupi. Bumi adalah perwujudan “Ibu Pertiwi”, simbolisasi ini menempatkan kedudukan bumi sebagai kerahiman yang penuh kasih. Ia menjadi pelindung bagi segenap isinya termasuk manusia didalamnya.

Dok. Ilustrasi alam/ foto pribadi ayunda dyah
Dok. Ilustrasi alam/ foto pribadi ayunda dyah

Ekofeminisme sendiri yaitu merupakan salah satu cabang dari gerakan feminisme gelombang ketiga yang berbicara tentang hubungan antara perempuan dan lingkungan sebagai dasar analisis dan praktiknya. Ekofeminisme sendiri berasal dari penggabungan kata ekologi dan feminisme. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh seorang tokoh feminis asal perancis Francoise d’Eaubonne pada tahun 1974. 


Ekofeminisme diperkenalkan oleh Francoide d’Eaubonne melalui buku yang berjudul Le Feminisme ou la Mort (Feminisme tau Kematian) yang terbit pertama kali 1974 (Tong, 2006:366). Dalam bukunya tersebut dikemukakan adanya hubungan antara penindasan terhadap alam dengan penindasan terhadap perempuan (Tong, 2006:366; Gaard, 1993:13). Istilah ekofeminisme yang diperkenalkan oleh d’Eau-bonne itu sepuluh tahun berikutnya (1987) dipopulerkan oleh Karen J. Warren melalui tulisannya yang berjudul “Feminis and Ecology” yang dipublikasikan melalui Enviromental Review 9, No. 1 Ekofeminisme berusaha untuk menunjukkan hubungan antara semua bentuk penindasan manusia, khususnya perempuan, dan alam.

Berbicara tentang ekofeminisme berarti kita berbicara tentang ketidakadilan yang diterima alam dan perempuan akibat dari konstruksi budaya patriarki yang berkembang di masyarakat. Pembangunan di banyak negara telah menjadikan alam dan perempuan sebagai korban dari dampak buruk yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah. Misalnya adalah kemiskinan. Kemiskinan dapat menimbulkan dampak pada kesehatan perempuan dan juga rawannya kekerasan pada perempuan.

Lingkup lingkungan juga berkaitan dengan ekofeminisme sebagai wujud implikasi kesadaran feminis yang tinggi di kalangan ilmuwan perempuan di perguruan tinggi dari berbagai belahan dunia. Kesadaran para perempuan feminis terhadap eksploitasi alam membuat mereka bangkit dan berperan dalam penyelamatan lingkungan hidup sehingga terciptanya kehidupan yang eco-friendly dan Womenfriendly. Kunci dari hal itu adalah dengan pentingnya melibatkan peran dan partisipasif terhadap perempuan dalam perannya dalam lingkungan hidup.

Ketika perempuan di libatkan mereka bisa melibatkan siapa saja contohnya orang banyak baik itu keluarga sendiri atau dengan jangkauan luas ke masyarakat sekitar. Para perempuan berusaha memberikan kesetaraan atau keadilan setara terhadap perempuan untuk masa depan. Agar bisa mendorong manusia untuk berpikir kemana saja.

Baik laki-laki dan perempuan, tentunya memiliki kewajiban yang sama dalam merawat dan melestarikan lingkungan. Karena ekofeminisme merupakan sebuah gerakan sosial (social movement), maka perubahan ini harus dijalankan bersama-sama oleh semua elemen masyarakat. Sehingga bisa tercipta nya keadilan untuk para perempuan yang tertindas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun