Perjalanan Ayuna di Fakultas Hukum
Ayuna Catur Namira Haq tidak pernah menyangka bahwa langkahnya akan membawanya ke dunia hukum. Sejak duduk di bangku SMA, ia sering merasa terusik setiap kali melihat berita tentang ketidakadilan---tentang orang kecil yang tidak mendapatkan haknya, atau hukum yang tampak tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Dari rasa gelisah itu, lahir tekad dalam dirinya: ia ingin memahami hukum, dan suatu hari nanti, menjadi bagian dari perubahan. Maka, ketika tiba waktunya memilih jurusan kuliah, Ayuna dengan mantap menuliskan pilihannya---Program Studi Hukum.
Awal Perjalanan
Hari pertama kuliah menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Ayuna. Ia duduk di ruang kelas besar bersama mahasiswa baru lainnya, mendengarkan dosen menjelaskan tentang asas hukum dan teori keadilan. Awalnya, semua terdengar rumit dan kaku, seolah dunia hukum dipenuhi istilah asing dan pasal-pasal yang sulit dihafal. Namun seiring waktu, Ayuna mulai memahami bahwa hukum tidak sesederhana hitam dan putih; ia adalah cerminan nilai-nilai moral, keadilan, dan kemanusiaan.
Setiap hari, Ayuna belajar membaca peraturan perundang-undangan, menganalisis kasus, dan berdiskusi dengan teman-temannya. Ia sering menghabiskan waktu di perpustakaan, tenggelam dalam buku-buku tebal tentang hukum pidana, perdata, dan tata negara. Meski lelah dan terkadang jenuh, rasa bangga muncul setiap kali ia berhasil memecahkan satu persoalan hukum yang sulit.
Tantangan dan Pembelajaran
Menjadi mahasiswa Hukum bukan hal mudah. Tugas yang menumpuk, bacaan yang berat, dan jadwal padat membuat Ayuna sering harus berkorban waktu istirahat. Namun, justru di situlah ia belajar tentang keteguhan dan konsistensi. Ia mulai terbiasa berdebat di kelas, mengemukakan argumen dengan dasar hukum yang kuat.
Puncak tantangan datang ketika Ayuna mengikuti simulasi persidangan (moot court). Dalam simulasi itu, ia ditunjuk menjadi seorang pembela. Malam-malamnya dihabiskan untuk mempelajari berkas perkara dan menyiapkan argumentasi hukum. Saat hari simulasi tiba, rasa gugup sempat menghantuinya, namun begitu berdiri di depan "majelis hakim", semua rasa takut sirna. Ia berbicara dengan lantang dan penuh keyakinan. Setelah acara berakhir, dosennya memujinya karena kemampuan analisis dan kepercayaandirinya. Pengalaman itu membuat Ayuna semakin mencintai dunia hukum.
Harapan dan Masa Depan
Di semester akhir, Ayuna mendapat kesempatan magang di sebuah lembaga bantuan hukum. Di sana, ia melihat langsung bagaimana hukum bekerja dalam kehidupan nyata. Ia bertemu dengan masyarakat yang mencari keadilan namun tidak tahu harus ke mana. Dari situ, Ayuna belajar bahwa hukum bukan hanya tentang teori, tapi tentang keberpihakan pada manusia dan rasa kemanusiaan itu sendiri.
Kini, menjelang akhir masa studinya, Ayuna semakin yakin dengan pilihannya. Bagi Ayuna, kuliah di Fakultas Hukum bukan sekadar mengejar gelar sarjana, melainkan perjalanan untuk memahami makna keadilan yang sesungguhnya. Ia ingin menjadi perempuan yang tegas namun berempati, yang mampu menggunakan ilmunya untuk melindungi yang lemah dan menegakkan kebenaran.