Mohon tunggu...
Ayu Chinintya Lestari
Ayu Chinintya Lestari Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswi

مَنْ جَدّ وَ جَدًّ (siapa yg bersungguh-sungguh pasti akan menang (berhasil).)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kedatangan Islam di Nusantara

27 Maret 2020   08:31 Diperbarui: 27 Maret 2020   08:31 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

A. Teori Kedatangan Islam di Nusantara
Islam masuk ke Nusantara melalui proses yang sangat panjang. Menurut sejarahwan terdapat 4 teori masuknya Islam ke Nusantara, yaitu teori Gujarat, teori Persia, teori Arab, dan teori Cina.

1. Teori Gujarat
Berdasarkan teori ini, pada abad ke-13 M Islam masuk ke Nusantara melalui Gujarat India melalui selat Malaka.  Teori ini dibuktikan dengan ditemukannya  batu nisan sultan kerajaan Samudra Pasai yaitu Malik Assoleh pada tahun 1297.

2. Teori Persia
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara bukan dari Gujarat, melainkan dari Persia, suatu kerajaan yang berada di Iran. Hal ini dibuktikan karena adanya persamaan antara Indonesia dengan Persia. Contohnya peringatan hari besar 10 Muharram dengan upacara tabut di Sumatera.

3. Teori Cina
Menurut teori ini pada abad ke-9 adalah awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan Raden Patah yaitu raja Demak yang merupakan keturunan Cina, dan penulisan gelar Raja Demak yang menggunakan istilah Cina serta catatan yang menyebutkan bahwa pedagang Cina adalah pedagang yang pertama kali menduduki daerah di Nusantara.
4. Teori Arab
Menurut teori ini, Islam di Nusantara dibawa langsung oleh musafir dariArab pada abad ke-7. Salah satu tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Buya Hamka yang merupakan ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Teori ini juga diperkuat dengan adanya suatu perkampungan arab yang bernama Bandar Khalifah di Sumatera Utara serta digunakannya gelar Al-Malik di kerajaan Samudra Pasai.

B. Metode dakwah Islam di Nusantara
Seperti yang kita ketahui, bahwasanya Islam merupakan agama yang Rahmatan lil'alamiin, yaitu rahmat bagi alam semesta. Sedangkan Islam Nusantara sendiri bertujuan untuk mengkokohkan atau meneguhkan Islam dalam konteks Indonesia yang seutuhnya. Sehingga Islam Nusantara sangat menjamin toleransi kebudayaan lokal yang telah ada. Oleh sebab itu, metode atau cara dakwah Islam ke Nusantara yaitu melalui tindakan-tindakan yang terpuji, seperti kesantunan, memberikan ketauladanan dengan akhlaqul karimah dalam bentuk cara berbicara, cara berfikir, cara berpakaian, cara bergaul dengan orang lain, cara menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya.

Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan dalam menyebarkan Islam di Nusantara, yaitu:

1. Perdagangan
Dalam perdagangan tentu akan tercipta interaksi antara pedagang muslim dengan masyarakat pribumi, khususnya pada pemukiman dekat pesisir pantai. Karena pedagang muslim menerapkan sistem dagang (jual-beli) yang islami, sehingga nilai-nilai Islam yang dilakukan dalam berdagang dapat menarik masyarakat pribumi untuk memeluk Islam. Selain itu dalam berdagang, pedagang muslim menerapkan metode silaturahmi (rajin bersilaturahmi) seperti yang dilakukan oleh Syeh Maulana Ishaq yang menjual 1 kapalnya untuk disedekahkan menggunakan 2 kapalnya yang lain kepada masyarakat pribumi yang ditemuinya. Sehingga nilai-nilai Islami (tidakan terpuji) itulah yang menarik masyarakat pribumi untuk memeluk Islam.

2. Perkawinan
Karena jumlah umat muslim semakin banyak sementara pendapatan mereka relatif tinggi, maka hal tersebut menarik putri-putri pribumi dari kalangan bangsawan maupun masyarakat biasa untuk menikah dengan mereka. Namun sebelum menikah, putri-putri pribumi diIslamkan terlebih dahulu.
3. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, para penyebar Islam mendirikan lembaga pendidikan islam dengan menerapkan pengkaderan calon ulama. Sehingga setelah santri lulus, dia kembali ke desanya untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah dan lain sebagainya atau merantau sebagai juru dakwah untuk menyebarkan Islam di berbagai penjuru nusantara.
4. Kesenian
Islam nusantara tidak pernah menghilangkan kebudayaan lokal, namun malah merawat dan mengakulturasikan Islam dalam kebudayaan yang telah ada.
Seperti contohnya pertujukan wayang kulit yang dikemas secara islami, dengan menyelipkan nilai-nilai islami. Karena bersifat pertunjukan hiburan, menarik minat masyarakat untuk menikmati, mendengarkan pertunjukan hingga ikut memeluk Islam.
5. Politik
Setelah para penyebar Islam berhasil menyebarkan Islam melalui kalangan penguasa, raja-raja tersebut memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukan daerah lain, sehingga daerah yang telah berhasil ditaklukan diIslamkan.

C. Proses Islamisasi di Nusantara
Proses islamisasi di Nusantara berlangsung sangat panjang, melalui fase kehadiran pedagang muslim di Indonesia pada abad ke-7 M, fase terbentuknya kerajaan di abad ke-13 M, dan fase pelembagaan Islam. Fase-fase tersebut membawa peradaban yang bersumber pada Rasulullah dan berakar kuat pada tradisi yang sangat kental, sehingga dalam penerapannya tetap mempertahankan syariat Islam yang sebenarnya. Dalam penyebarannya Islam mudah diterima, karena Islam memperbaiki tatanan nasional seperti menghapus kasta, menekankan prinsip ketauhidan sehingga secara tidak langsung juga mengajarkan keadilan dan penyamarataan sosial, bersifat fleksibel yang mudah melebur dalam budaya masyarakat yang sudah ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun