Pandemi Covid-19 telah lebih dari satu tahun bersemayam di Indonesia, Virus Corona belum juga menghilang. Tidak terasa, Ramadan 1442 H telah tiba. Ramadan tahun ini menjadi Ramadan kedua di tengah pandemi.
Ramadan tahun lalu memberikan kita pelajaran, mulai dari beradaptasi, berdamai dengan keadaan, serta momen untuk instrospeksi diri. Tahun ini kita belum terbebas dari pandemi, nuansa Ramadan pun tidak terlalu berbeda dengan tahun lalu. Ibadah-ibadah pada bulan Ramadan masih tetap dapat dilaksanakan, namun protokol kesehatan tetap harus diperhatikan
Proses adaptasi telah kita lakukan tahun lalu sehingga Ramadan di tengah pandemi menjadi suatu hal biasa tahun ini. Sholat tarawih menjadi sedikit berbeda pada kondisi pandemi. Sholat di masjid tetap diizinkan namun dengan jeda di antara jamaah dan shaf-nya, atau melaksanakannya di rumah juga tak masalah. Setelah direnungkan, pandemi bukan halangan untuk ibadah Ramadan, terbukti tahun lalu berhasil terlewati.
Berkaca dari tahun lalu, ibadah selama Bulan Ramadan tetap dapat berjalan. Kegiatan ibadah Ramadan tahun ini seharusnya bisa lebih baik, terlebih vaksinasi mulai dilakukan.Â
Pasien Covid-19 juga mulai menurun drastis, sesuai berita yang dilansir oleh metro.tempo.co, jumlah pasien di Wisma Atlet Kemayoran per tanggal 12 April 2021 tinggal 20% dari total kapasitasnya atau sekitar 1.244 pasien dari total 5.994 tempat tidur. Hal ini menjadi optimisme tersendiri dalam menjalani ibadah Ramadan tahun ini.
Belajar menerima keadaan adalah pelajaran berharga yang dapat kita petik dari Ramadan tahun lalu. Bagaimana tidak? Ketika Ramadan tiba, biasanya kita telah menyusun rencana sahur on the road, buka puasa bersama ke tempat tertentu, ngabuburit dengan berbagai kegiatan, sekadar berburu makanan menjelang berbuka, atau merencanakan mudik di ujung Ramadan menjelang Hari Raya Idul Fitri.Â
Namun, rencana tinggal rencana karena kita dihimbau untuk tetap berada di rumah selama tidak ada keperluan mendesak. Mudik pun turut dilarang untuk mencegah penyebaran virus. Mau tidak mau, pada akhirnya kita mematuhi aturan tersebut.
Kondisi tersebut mengajarkan kepada kita bahwa banyak hal yang berada di luar kendali kita. Tidak ada pilihan kecuali menerima keadaan. Terlebih, itu untuk kebaikan kita semua. Rasanya menerima keadaan membuat suasana hati lebih damai daripada harus menentang.
Ramadan di tengah pandemi juga menjadi sarana introspeksi bagi kita. Himbauan untuk tetap di rumah membuat kita berhemat dari berbagai aspek pengeluaran. Misalnya saja, seringnya kita buka bersama teman-teman di luar rumah membuat kita mengeluarkan uang transport, serta uang untuk membeli makanan di lokasi.Â
Ketika kita berada di rumah uang transport dan uang jajan bisa lebih hemat. Tak hanya dari sisi pengeluaran, kegiatan ghibah atau menggosip juga menurun, seiring berkurangnya intensitas di luar. Dari sisi ibadah, sepertinya ibadah kita juga memiliki porsi lebih besar karena waktu yang kita habiskan di perjalanan atau luar rumah menjadi berkurang.