Mohon tunggu...
Ayu Andayani
Ayu Andayani Mohon Tunggu... Guru - GURU

Nama wahyu andayani biasa orang tua saya memanggil saya Ayu. saya lahir di lampung tengah 08 september 1982 dan saat ini menetap di way kanan. semasa kecil ibu saya sangat sayang pada saya, karena keadaan orang tua yang kurang mampu, saya disemangati untuk sekolah dengan kata-kata " orang tua mu orang yang tidak mampu, selama ibu masih bisa menyekolahkan kamu sekolahlah setinggi-tingginya, karena itu warisan yang dapat orang tua mu berikan, karena warisan harta kami tidak punya". dengan kata-kata orang tuaku ini saya memiliki semangat sekolah, bahkan saya kuliah dengan mendapatkan beasiswa sehingga orang tua saya tidak terbebani dengan biaya kuliah saya. sampai saya selesai kuliah, semua adalah perjuangan orang tua saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buah Kesetiaan Istri

1 Desember 2023   14:40 Diperbarui: 1 Desember 2023   15:15 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang terletak di tepi hutan, hiduplah seorang wanita bernama Siti. Siti adalah istri dari seorang penebang kayu bernama Ahmad. Mereka hidup sederhana namun bahagia bersama dua anak mereka, Ani dan Budi.

Ahmad bekerja keras setiap hari untuk mencari rezeki bagi keluarganya. Meskipun pekerjaannya memerlukan pengorbanan waktu yang panjang dan seringkali melelahkan, Siti selalu setia menunggu di rumah dengan penuh kesabaran. Meski kadang-kadang, mereka harus menghadapi keterbatasan ekonomi, tetapi kebahagiaan keluarga mereka tidak pernah tergoyahkan.

Suatu hari, Ahmad jatuh sakit parah. Dia tidak dapat lagi melanjutkan pekerjaannya sebagai penebang kayu. Kondisi ekonomi keluarga menjadi semakin sulit. Meski begitu, Siti tetap setia mendampingi Ahmad, merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dia menjalani hari-hari sulit itu dengan ketabahan dan penuh kepercayaan bahwa suaminya akan segera pulih.

Waktu berlalu, tetapi kesehatan Ahmad tidak kunjung membaik. Siti, dengan tangan terampilnya, mulai membuat kerajinan tangan untuk dijual di pasar desa. Ia menjual hasil karyanya dengan tekun dan gigih untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kesetiaan dan keberanian Siti menjadi inspirasi bagi banyak orang di desa mereka.

Ani dan Budi, meskipun masih kecil, menyaksikan dedikasi ibu mereka. Mereka belajar tentang arti kesetiaan dan tanggung jawab keluarga dari contoh yang ditunjukkan oleh Siti. Ani membantu ibunya dengan pekerjaan rumah dan Budi mencari cara untuk membantu meringankan beban keluarganya.

Waktu terus berjalan, dan Ahmad semakin melemah. Siti tetap setia berada di samping suaminya, merawatnya tanpa mengeluh. Desa mereka menjadi saksi bisu dari cerita kesetiaan seorang istri yang tak kenal lelah. Meskipun banyak yang menawarkan bantuan, Siti selalu menolak dengan tulus dan percaya bahwa keluarganya bisa melewati cobaan ini bersama-sama.

Pada suatu hari yang cerah, Ahmad merasa bahwa akhirnya tiba waktunya untuk meninggalkan dunia ini. Siti duduk di sampingnya, memegang tangannya erat. Ahmad tersenyum lemah, merasa tenang karena tahu bahwa dia memiliki seorang istri yang begitu setia. Dalam detik-detik terakhirnya, Ahmad mengucapkan terima kasih kepada Siti atas kesetiaannya.

Setelah kepergian Ahmad, Siti harus menghadapi kenyataan bahwa dia sekarang menjadi satu-satunya tulang punggung keluarganya. Meskipun kehilangan yang begitu besar, Siti tidak pernah menyerah. Dia terus bekerja keras untuk memberikan pendidikan terbaik untuk Ani dan Budi, mengajarkan mereka nilai-nilai kesetiaan, kejujuran, dan keberanian.

Ani dan Budi tumbuh menjadi pemuda yang bijaksana dan berdedikasi, membuktikan bahwa ketekunan ibu mereka memiliki dampak yang mendalam. Mereka memahami bahwa kesetiaan bukan hanya berkaitan dengan hubungan romantis, tetapi juga dengan komitmen terhadap keluarga dan nilai-nilai yang diterapkan dalam hidup sehari-hari.

Ketika Siti melihat anak-anaknya berhasil dalam kehidupan mereka, dia merasa bangga. Meskipun hidupnya penuh dengan cobaan, kesetiaannya terhadap suami dan keluarganya membawa kebahagiaan yang mendalam. Desa kecil itu, yang dulu menyaksikan kisahnya, menganggap Siti sebagai teladan kesetiaan dan keberanian.

Dengan hati yang penuh syukur, Siti melihat kembali perjalanan hidupnya yang penuh liku-liku. Meski pernah merasakan kesedihan dan kehilangan, kesetiaannya membuka pintu untuk kebahagiaan yang abadi. Ia mengajarkan kepada semua orang bahwa dalam setiap cobaan, ada peluang untuk tumbuh dan menjadi lebih kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun