Allosaurus merupakan salah satu genus dinosaurus theropoda besar yang pernah mendominasi ekosistem darat pada akhir periode Jurassic, sekitar 155 hingga 145 juta tahun yang lalu. Fosil-fosilnya telah ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Utara, Eropa, dan kemungkinan juga Afrika, menunjukkan penyebaran geografis yang luas (Brusatte et al., 2012).
Dinosaurus ini memiliki ukuran tubuh yang mengesankan. Panjang tubuh Allosaurus dapat mencapai 12 meter, dengan tinggi sekitar 4,5 hingga 5 meter saat berdiri tegak, dan berat diperkirakan hingga 4 ton (Carpenter, 2007). Morfologi tubuhnya menunjukkan bahwa ia adalah predator yang sangat adaptif dan gesit, dengan tengkorak besar dan rahang yang dilengkapi gigi tajam seperti pisau, ideal untuk mencabik daging mangsanya.
Menariknya, beberapa bukti paleontologis menunjukkan bahwa Allosaurus kemungkinan berburu secara berkelompok. Analisis terhadap pola luka gigitan dan konsentrasi fosil menunjukkan bahwa spesies ini tidak hanya hidup soliter, tetapi mungkin memiliki perilaku sosial saat berburu mangsa besar, seperti sauropoda (Roach & Brinkman, 2007). Ini menempatkan Allosaurus sebagai salah satu predator paling canggih di zamannya.
Sementara Tyrannosaurus rex dikenal sebagai predator puncak di akhir periode Cretaceous, sekitar 66 juta tahun yang lalu, banyak ilmuwan menganggap bahwa Tyrannosaurus bukan keturunan langsung dari Allosaurus, melainkan berasal dari garis keturunan theropoda yang berbeda. Allosaurus termasuk dalam keluarga Allosauridae, sedangkan Tyrannosaurus termasuk dalam keluarga Tyrannosauridae, yang merupakan bagian dari kelompok Coelurosauria. Kedua kelompok ini memiliki nenek moyang yang lebih primitif yang sama, namun berkembang secara terpisah selama jutaan tahun (Holtz, 2004).
Allosaurus punah jauh sebelum Tyrannosaurus muncul. Kehidupan Allosaurus berakhir sekitar 145 juta tahun yang lalu, sementara Tyrannosaurus baru muncul sekitar 80 juta tahun yang lalu. Oleh karena itu, meskipun ada kemiripan sebagai predator besar bipedal, hubungan antara keduanya lebih bersifat filogenetik yang jauh, bukan hubungan nenek moyang langsung.
Dengan berbagai penemuan fosil dan kemajuan dalam teknologi pemindaian serta rekonstruksi digital, pemahaman kita tentang Allosaurus dan perilakunya terus berkembang. Sebagai salah satu dinosaurus ikonik dari Jurassic, Allosaurus tetap menjadi fokus penting dalam studi evolusi predator theropoda.
Referensi:
Brusatte, S. L., Benson, R. B. J., & Norell, M. A. (2012). The anatomy of the Late Jurassic theropod dinosaur Allosaurus, and implications for the evolution of the carnivorous dinosaurs. Journal of Vertebrate Paleontology, 32(2), 456--471. https://doi.org/10.1080/02724634.2012.635928
Carpenter, K. (2007). How to make a fossil: Part 1 -- Sedimentology. In K. Carpenter (Ed.), The carnivorous dinosaurs (pp. 29--63). Indiana University Press.
Holtz, T. R. (2004). Tyrannosauroidea. In D. B. Weishampel, P. Dodson, & H. Osmlska (Eds.), The dinosauria (2nd ed., pp. 111--136). University of California Press.
Roach, B. T., & Brinkman, D. L. (2007). A reevaluation of cooperative pack hunting and gregariousness in Deinonychus antirrhopus and other nonavian theropod dinosaurs. Bulletin of the Peabody Museum of Natural History, 48(1), 103--138. https://doi.org/10.3374/0079-032X(2007)48[103:AROCPH]2.0.CO;2 Â