Mohon tunggu...
Ayu Mellisa
Ayu Mellisa Mohon Tunggu...

art lover, music maniac, philosophy seeker, beatlemania, out of the box

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Let it Flow Vs Menentang

24 September 2010   13:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:00 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup…lebih baik let it flow atau menentang?

Menurut hemat saya, ceileh.. lebih baik menentang. Mengapa?

Karena hidup itu selalu berjalan, flow, kan gag mungkin ta hari ini kita sangat ready disko, tapi hari berikutnya kita mau absent begitu saja dari yang namnanya kehidupan sebagai manusia. Pastinya setiap hari kita tu hidup, ya selama masa berlakunya roh dan raga bersatu masih aktif, tiap hari mau gag mau kita bakalan menyandang status sebagai manusia ‘kan. Jadi, selama hidup, manusia akan ikut secara otomatis dalam system kehidupan dan itu berjalan terus. So,, kalo’ hidup itu mottonya let it flow... boleh-boleh aja, not bad, tapi kayanya kok gag ada gregetnya gitu.

Nah, sekarang alternatif yang saya tawarkan. Bagaimana dengan gaya hidup menentang? Well, tapi yang harus digarisbawahi adalah menentang tu gag melulu negatif. Menentang kejahatan tu bisa juga ‚kan, jadi menentang disini jangan dikonotasikan negatif dulu.

Menentang, menurut kamus bodoh aiu, adalah menjadi opposite, kontra. Dengan adanya penentangan, saya gag mengikuti arus yang sebelumnya udah ada. Bukan arus kehidupan, tapi alur dan pola pikir-tindakan yang dianut orang kebanyakan. Contohnya : ni lagi demen-demennya orang ma film-film berbau kiamat dan sodara-sodaranya itu, lah ni waktunya saya sebagai team oposisi, mungkin saya bakalan memilih film yang berbau perjuangan bangsa gitu, atau dengan genre yang berbbeda, agar hidup tu lebih bervariatif. Tapi catetannya, menentang itu sah-sah aja, tapi jangan membabi buta, tapi harus disesuaikan dengan ide-pikiran-soul-semangat-jati diri kita ta ya. Jangan asal menentang, kalo gag bisa-bisa kalian dikira pendemo bayaran yang gag ngerti apa-apa. Soalnya, menjadi opposite adalah memegang tanggungjawab berat, kita harus bisa mengontrol gejala-gejala dalam kehidupan kita ini.

Memang, menganut aliran menentang itu gampang-gampang susah. Kalo kita gag kuat iman dan mental, bisa-bisa kita malah jadi kaum rebel a.k.a. pemberontak yang notabene dicap sebagai kelompok negatif. Selain itu, menentang kadang juga bikin hati nurani kita pernag, soalnya kita (terlebih kaum muda niy) suka grusa-grusu alias ngebet sok pengen cari something different dan menjadi trendsetter. Setelah dilakukan eh... lama-lama sadar kok ternyata yang saya lakuin itu gag match niy sebenernya sama jiwa saya. Nah, nyesel ta...

Tapi, menentang (bila dilakukan dengan porsi yang wajar) bisa jadi sangat fun! Dengan gaya menentang ini, kita belajar dan berlatih serta bener-bener memahami bagaimana sih jadi pihak oposisi maupun minority itu. Bila hal ini ditanggapi positif, saya yakin, dunia ini bakalan lumayan damai lah, soalnya setiap orang tau rasanya jadi berbeda dan pastinya akan lebih menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. How nice, isn.t it?

Ya... hidup adalah pilihan. Jadi saya gag bisa maksa siapapun untuk menjalani hidup seperti yang saya inginkan. Tapi saya harap, kita semua bisa jadi samart buyer...halah...smart voter untuk hidup kita ke depannya. Amien.

Yang jelas, jalani hidup dengan rasa penghargaan yang tinggi. Karena penghargaan yang kita berikan akan menjadi tangga kita menuju kesuksesan. Hargai hidup, sayangi perbedaan, niscaya kesuksesan di tangan anda... Ceileh...tukang obat mode on...

Jadi, let it flow atau try something different?

IT’S YOUR CHOICE!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun