Mohon tunggu...
Ayu Ramadhan
Ayu Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

You can do it, just do it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ritual Bersih Desa sebagai Kearifan Budaya Lokal Kabupaten Magetan

5 Mei 2020   16:15 Diperbarui: 5 Mei 2020   16:17 1768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pergelaran Reog Ponorogo | Sumber: www.kodim-magetan.com

Membahas tentang kebudayaan, mungkin tak asing lagi di telinga kita. Bahkan negara kita Indonesia memiliki banyak sekali budaya bahkan di setiap daerah pasti ada kebudayaan dengan ciri khas masing-masing yang biasanya ada karena turun-temurun dari leluhur. Jadi tak heran kan kalau Negara Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam budaya. 

Nah, berbicara mengenai setiap daerah memiliki budaya masing-masing. Ini ni salah satu kearifan budaya lokal yang sudah berabad-abad berkembang pada masyarakat Jawa adalah “Tradisi Bersih Desa” atau sebagian orang meyebutnya dengan sebutan syukuran desa, sedekah bumi, selametan desa, bahkan ada yang menyebutnya nyadran.

Tradisi bersih desa merupakan tradisi turun temurun dari zaman leluhur. Ada pepatah dari leluhur jawa yang masih di pegang teguh oleh masyarakat bahwa “Wong Jowo Ojo Ilang Jawane” yang memiliki arti orang jawa jangan sampai kehilangan jati dirinya sebagai orang jawa. Kata ungkapan tersebut telah melekat pada masyarakat Kabupaten Magetan dan sekitarnya. Hal tersebut dapat kita lihat dari beberapa serangkaian ritual bersih desa yang ada di salah satu desa Kabupaten Magetan.

Ritual ini biasanya digelar setiap satu tahun sekali, kalau menurut orang jawa pada saat suroan atau tahun baru saka. Namun tak jarang juga digelar setelah masa panen. Disamping sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya lokal juga sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Bersih desa tak sekedar slametan, tradisi ini digelar meriah dengan berbagai pertunjukkan tradisional seperti tayup, reog ponorogo, wayang kulit, ludruk, campur sari, ketoprak hingga orkes melayu atau gambus dan karnaval pawai arak-arakan. Bahkan di beberapa desa ada tempat wisata seperti desa yang berada di sekitar telaga sarangan Kec. Plaosan Kab. Magetan maka dilakukan dengan besar-besaran dan meriah tujuannya agar menarik perhatian para pengunjung.

Slametan di punden, sumber: www.kabarberitanews.com
Slametan di punden, sumber: www.kabarberitanews.com
Sejak siang hari beberapa warga berkumpul di dusun menunggu untuk melihat atraksi reog ponorogo. Pada saat itu ada pula polisi atau banser untuk menjaga keamanan. Pengamanan ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti keributan yang terjadi antar warga saat melihat pentas reog. 

Kemudian dilanjutkan di sore hari warga berkumpul di makam atau punden untuk menggelar slametan, yang dipungkasi dengan pergelaran kesenian tayub. Kesenian tayub dimulai ketika sudah selesai pembagian tumpeng. Sebelum kesenian tayub dimulai diawali pengalungan sampur (selendang tari) kepada kepala desa, dilanjutkan pada sekretaris desa, kamituo, dan kemudian warga yang ingin menari dengan pesinden.

Namun pergelaran ini mengalami sedikit pergeseran dikarenakan zaman yang semakin  modern. Misalnya dulu banyak warga yang berbondong-bondong mendatangi punden namun sekarang sudah berkurang. Kalau dulu digelar besar-besaran hingga semalaman namun sekarang hanya sederhana dan belum sampai maghrib sudah selesai. Tapi semua juga tergantung warga desa masing-masing. Karena kepercayaan, maka tiap tahun selalu di adakan meskipun hanya sekedar selametan di balai desa atau balai dusun.

Jika bersih desa ditelaga sarangan, maka dilangsungkan dengan acara ritual larung sesaji telaga sarangan. Selain sebagai rasa syukur kepada Tuhan, juga sebagai permohonan agar telaga sarangan tetap lestari dan masyarakatnya sejahtera. Dalam ritual ini, tumpeng gono bahu setinggi dua meter lebih, diarak dan dilarung ke dalam telaga sarangan sebagai symbol rasa syukur atas limpahan rahmat dan berkah selama satu tahun penuh. Selain tumpeng gono bahu, ada juga tumpeng ukuran besar yang berisi sayuran hasil bumi di sekitar telaga sarangan.

Jadi jangan heran jika ritual bersih desa tidak selalu sama antara satu desa dengan desa yang lain. Karena leluhur yang membawa tradisi tersebut berbeda-beda. Meskipun berbeda namun secara ritual tujuannya sama sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Nah, sampai disini sudah tau kan mengenai budaya bersih desa di Kabupaten Magetan. Bahwa bersih desa tak hanya mengadakan slametan saja tapi banyak lagi ritual dan aneka budaya yang digelar. Cukup sampai disini jika ada yang lebih tau atau di daerah masing-masing masih menggelar tradisi ini bisa disampaikan di kolom komentar. Sekian dulu dan jangan lupa simak tulisan saya selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun