"Yu, gemes deh sama suami gw kok ga romantis banget ya jadi orang," begitu curhatan seorang teman dipenghujung telpon beberapa hari lalu.
Kemudian sebuah pesan melalui WhatsApp juga masuk ke handphone saya "Yu, gw sebel deh kenapa nyokap gw sama sekali ga pernah mengerti gw ya," dan curhat-curhatan lainnya yang pernah saya terima dan mungkin juga pernah saya rasakan.
Atau juga kita coba ambil kasus yang baru saja terjadi, Desainer Kate Spade diketahui menderita depresi. Dia memilih mengakhiri hidupnya dengan menggantung dirinya memakai scarf dari brand Kate Spade, di apartemennya di New York, Selasa (5/6/2018) sekitar pukul 10.20 waktu setempat.
Bicara depresi dan bagaimana bisa menjaga hubungan baik, tidak hanya spesifik mengenai hubungan kita dengan pasangan semata, tapi juga bisa menyangkut hubungan dengan orang tua, keluarga, teman dan lingkungan sekitar.
Ada sebuah pepatah yang pernah saya dengar "terkadang orang terdekat kitalah yang paling sering membuat kita terluka."
Apakah pembaca Kompasiana pernah merasakannya?
Sebuah lembaga di Harvard juga telah melakukan penelitian terhadap 724 remaja selama 75 tahun (sejak 1938). Pertanyaan tunggal dan "sederhana" yang mau dijawab: Apa yang membuat orang bahagia?
Dari 724 orang yang diteliti tersebut sekarang  masih hidup hanya sekitar 60 orang. Dan Kini studi tersebut dilanjutkan dengan meneliti 2000 orang keturunan mereka.
Kesimpulan studi terpanjang yang pernah terjadi itu sangat simple: Orang bisa bahagia jika memiliki hubungan yang baik (good relationship) dengan keluarga, teman, komunitas. That's it!
Sangat jelas dan sangat sederhana.
Definisi bahagia bukan karena punya uang banyak, terkenal, kerja keras, dan semua hal lain yang bukan having good relationship.