Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Serunya Kebersamaan di Writers' Series 2018

7 Mei 2018   09:00 Diperbarui: 7 Mei 2018   16:55 2394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Writers' Series 2018 ajang perkumpulan penulis mancanegara (5/5/2018). Sumber: Dok. Pribadi

Akhir pekan ini merupakan weekend yang spesial bagi para penulis. The Jakarta Post Writing Center menggelar Writers' Series yang ke-3 dengan tema "The Story of Us" (5/5/2018). Bertempat di Upper Room Jakarta, acara ini ramai dihadiri para penulis, sastrawan, praktisi media, dan penggemar literatur mancanegara baik tua maupun muda.

Tema "The Story of Us" mengedepankan pentingnya rasa kebersamaan, keterbukaan dalam berkomunikasi, saling menghargai dan toleransi yang dituangkan dalam karya dari para penulis, jurnalis, maupun praktisi media. Tema ini diharapkan menjadi penyejuk setelah suasana 'panas' di tahun sebelumnya dimana situasi global diwarnai banyak berita politik, isu SARA, dan perselisihan. 

Acara ini juga merupakan bagian dari rangkaian hari jadi ke-35 The Jakarta Post sebagai salah satu media berbahasa Inggris terkemuka di Indonesia yang mulai terbit sejak 25 April 1983. Perhelatan Writers' Series "The Story of Us" dibuka oleh Bapak Judistira Wanandi selaku CEO The Jakarta Post.

Pembukaan Writers' Series 2018 oleh Bapak Judistira Wanandi, CEO The Jakarta Post (5/5/2018). Sumber: Dok. Pribadi
Pembukaan Writers' Series 2018 oleh Bapak Judistira Wanandi, CEO The Jakarta Post (5/5/2018). Sumber: Dok. Pribadi
Apa yang menarik dari kegiatan ini? Tidak seperti konferensi biasa di mana pembicara memberikan tip keberhasilan. Di acara ini, para pembicara dan penulis berbagi hal yang menggugah mereka dalam menghasilkan karya. Karya tersebut diharapkan dapat menginspirasi dan mendukung masyarakat sosial untuk bekerja sama dalam menciptakan komunitas global yang sejahtera dan penuh persatuan.

Topik bahasan yang diangkat, seperti: "Capturing The Voice of Changing Nation" mengenai pentingnya toleransi di negara Indonesia yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan agama; "Designing Women" membahas feminisme yang menekankan pada perempuan memiliki peran sejajar dengan lelaki seperti yang telah diperjuangkan oleh R.A. Kartini.

Diskusi
Diskusi
Selain itu, "The Bottom Line: The Stories That Pay Off" dan "The Living in The Age of Content" turut menjadi topik menarik mengenai bagaimana menciptakan konten relevan dan menginspirasi masyarakat. Seluruh sesi menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya, berprofesi sebagai pengajar, penulis buku, praktisi media komunikasi lokal dan internasional.

Beberapa pembicaranya yaitu: Xu Xi penulis buku memoir The Hong Kong series yang juga Co-Director International MFA Program Vermont College of Fine Arts; Ben Loory penulis buku "Tales of Falling and Flying"; Brian Capel CEO Publicis One Indonesia, Feby Indirani jurnalis dan penulis buku "Bukan Perawan Maria"; Devi Asmarani Chief Editor Magdalene.co,  Joshua IP penulis asal Singapura dengan bukunya "Sonnets from Singlish Upsize Edition", dan para penulis serta pengajar profesional lainnya.

Dalam acara ini, beberapa penulis berkesempatan membacakan karyanya di panggung yang menurut saya sangat berkesan. Mereka membaca karya tulis dalam bahasa negaranya dengan penuh penghayatan dan turut membacakan versi bahasa Inggrisnya sehingga dimengerti oleh seluruh rekan-rekan yang hadir. Very inspiring!

Penulis dan sastrawan mancanegara WrlCE Group yang bergantian membacakan karya. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis dan sastrawan mancanegara WrlCE Group yang bergantian membacakan karya. Sumber: Dok. Pribadi
Selain pembacaan karya tulis di panggung, turut pula terdapat sesi "Living Library". Sesi ini sangat unik sebab si penulis sendiri melakukan temu pembaca untuk menceritakan isi dan proses penulisan buku. Pada sesi ini, saya cukup beruntung bisa mendengarkan dua tokoh penulis bercerita. Mereka adalah Anissa Rahmania dan P.J. Leo, senior photographer The Jakarta Post. Bagi saya, pengalaman keduanya sungguh luar biasa!

Sekilas mengenai mereka, Anissa Rahmania adalah gadis difabel yang memperjuangkan haknya untuk bersekolah tinggi dan diterima di masyarakat meskipun ia seorang bisu tuli. Ditemani penerjemah saat temu pembaca, gadis ini menceritakan keprihatinannya terhadap masyarakat sekitar dalam menerima dan mempekerjakan penyandang cacat. Perjuangan Annissa tidak sia-sia sebab ia mendapat beasiswa dari British Council hingga bisa masuk perguruan tinggi di Inggris. Angkat topi untuk Anissa!

Anissa Rahmania, gadis difabel tangguh yang berhasil meraih beasiswa di Inggris dari British Council. Sumber: Dok. Pribadi
Anissa Rahmania, gadis difabel tangguh yang berhasil meraih beasiswa di Inggris dari British Council. Sumber: Dok. Pribadi
Pujianto Johan Leo atau P.J. Leo, lelaki ini mendokumentasikan sejarah dan perkembangan masyarakat Cina Benteng yang budayanya mulai dilupakan orang. Ketertarikannya berawal saat ia hunting foto ke klenteng Boen Tek Bio, Pasar Lama-Tangerang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun