Mohon tunggu...
Ayu Sundari Lestari
Ayu Sundari Lestari Mohon Tunggu... Penulis -

Seseorang yang menikmati seni dengan cara sederhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkebun Itu, Menanamkan Kasih Sayang

11 Maret 2018   11:02 Diperbarui: 11 Maret 2018   17:02 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lihat kebunku penuh dengan sayur

Ada yang besar ada yang kecil

Setiap minggu kupupuk semua

Singkong, pisang tumbuh subur

Iya, lagu itulah yang sering kami nyanyikan sekeluarga setiap kali berkebun. Ayah, ibu, abang, keponakkan dan aku sendiri memang sangat menyukai kegiatan ini. Berkotor-kotor ria dengan tanah tanpa rasa takut dan jijik. Rasanya berbeda saat kita menikmati hasil tanaman sayur sendiri dengan yang kita beli di pasar. Ada rasa kepuasaan tersendiri menikmati sayur hasil panen dan dijamin bebas dari bahan pestisida.

Kasih sayang itu ibarat tanaman yang harus disiram dan dipupuk setiap hari, agar dapat tumbuh subur. Begitu juga kasih sayang dalam keluarga yang harus dijaga dan dirawat. Sesibuk apa pun anggota keluarga berkutat dengan kegiatannya masing-masing, meluangkan waktu untuk berkumpul, bercengkrama, dan berbagi kasih sayang adalah hal yang harus dilakukan. Misalnya, berlibur, nonton, traveling, shopping, atau hanya sekadar mengobrol dengan antar anggota keluarga. Lalu, bagi keluargaku berkebun adalah cara lain untuk menanam bibit kasih sayang itu dan memerkuat akar cinta kasih antar anggota keluarga.

Kebetulan keluargaku memiliki lahan tanah kosong yang kami manfaatkan untuk bercocok tanam. Tiap seminggu sekali kami akan berkebun. Kira-kira membutuhkan waktu 30 menit perjalanan dari rumah kami menuju kebun dengan menggunakan sepeda motor. Sebelum pergi berkebun, biasanya ayah selalu menyiapkan cangkul, arit, karung, atau bibit yang ingin ditanam. Ibu juga tidak ketinggalan menyiapkan minuman, makanan untuk bekal makan siang, dan tikar. Biasanya kami pergi  pagi hari, lalu pulang saat sore hari.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kegiatan berkebun sungguh sangat menyenangkan, semua anggota keluarga sangat antusias. Selain dapat menanam dan memanen hasil tanaman, kami juga sekaligus dapat bertamasya. Kebetulan lokasi kebun kami memiliki pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Pepohonan nan hijau, lelahan kosong yang bisa kami jadikan tempat bermain layang-layang.  Setiap kali pergi ke kebun semua anggota keluarga sangat bersemangat, dari yang paling tua sampai yang paling muda. Ya, kadang-kadang keponakanku pun ikut serta walaupun mereka tidak bisa membantui apa pun. Namun, menurut mereka berkebun itu seperti melakukan petualang si bolang yang mereka lihat di televisi.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kebun kami ditanam oleh berbagai tanaman, meski pohon singkong yang lebih banyak dari pada pohon yang lainnya. Karena pohon singkonglah yang paling mudah tumbuh. Pohon pisang, terong, cabai, bayam dan jagung tumbuh dan subur di kebun kami. Setiap kali pulang dari kebun, kami selalu memanen tanaman dan hasilnya kami jual dan sisanya dinikmati sendiri. Tanaman yang paling sering dipanen adalah pohon singkong. Ubi dan daun singkong kerapkali menjadi menu makanan yang ibu kelola dengan berbagai jenis makanan. Ubi dapat dijadikan, keripik, tape, lepat, lemper, perkedel, singkong gaul atau digoreng saja. Sedangkan daun singkong, ibu dapat mengulai, merebus atau menumbuk daun ubi.

Kecerian selama berkebun tidak akan pudar, meski kami semua telah lelah. Tawa, canda selalu menghiasi keluarga kami, bahkan sampai di rumah. Mata yang selalu berbinar tiap kali mencabut pohon singkong karena ubinya yang begitu rimbun dan besar-besar. Jadi, menurutku, berkebun itu dapat menanam kasih sayang  dan menjaga kehangatan keluarga. Layaknya tanaman yang tumbuh subur dan menghasilkan buah. Serta mengajarkan untuk kita mencintai tanaman dan turut melakukan penghijauan.

Salam Cinta dari Aysu, 180310

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun