Mohon tunggu...
Ayla Rahma Aurellia Putri
Ayla Rahma Aurellia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UNIVERSITAS MUHHAMDIYAH PONTIANAK KAMPUS SINTANG

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stop Stigma Negatif Covid-19

30 Maret 2021   20:10 Diperbarui: 30 Maret 2021   20:23 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada awal pandemi Covid-19 memasuki Indonesia, muncul satu perilaku baru masyarakat. Perilaku sosial yang baru muncul ini sedikit memperkeruh situasi saat pandemi. Yaitu stigma sosial atau pandangan negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau terkena penyakit tersebut. Mereka  didiskriminasi, dikucilkan, ditakuti, diperlakukan berbeda, bahkan terkena cemoohan dan dihindari karena sudah terkonfirmasi positif Covid-19.

Sebagai penyakit baru muncul, banyak orang yang belum mengetahui tentang virus Covid-19. Terlebih masyarakat di Negara kita ini cenderung takut pada sesuatu yang belum diketahui dan lebih mudah percaya dengan rumor-rumor yg banyak beredar tentang orang yang positif terkena Covid-19. Inilah yang menyebabkan munculnya stigma sosial dan diskriminasi terhadap kelompok tertentu dan juga orang yang dianggap mempunyai hubungan dengan virus ini.

Perasaan takut, khawatir, dan bingung  yang kita rasakan dapat dipahami, tapi bukan berarti kita boleh berprasangka buruk pada penderita, perawat, keluarga, ataupun mereka yang tidak sakit tapi memiliki gejala yang mirip dengan Covid-19. Contohnya saja, ketika kita di jalan dan tiba tiba terbatuk, tentu panda saat sekarang ini orang-orang akan memandang kita dan menganggap kita memiliki gejala Covid-19. Kemudian mereka akan menjauh dan menganggap bahwa kita membawa penyakit. Jika perilaku tersebut terus terpelihara di masyarakat dan terus menerus terjadi, stigma sosial dapat membuat orang-orang menutup diri dan menutup nutupi sakitnya supaya tidak didiskriminasi dan mencegah mereka datang ke tempat layanan kesehatan. Mereka melakukan itu untuk menghindari dari prasangka-prasangka para masyarakat yang sering menyangkut pautkan dengan virus Covid-19. Hal itu juga membuat mereka menjalankan perilaku hidup yang tidak sehat.

Stigma negatif pada saat Covid-19 terjadi pada pasien, orang yang berkontak dengan pasien, OTG, serta petugas kesehatan yang menangani pasien Covid-19. Dan yang lebih parahnya lagi adalah stigma itu muncul contohnya ketika seseorang mengunjungi desa tempat pasien Covid-19. Stigma negatif yang diberikan hanya akan memperparah keadaan baik secara mental maupun pada penyebaran penyakit itu sendiri. Pasien Covid-19 mengaku marasa tertekan dengan adanya stigma negatif ini akibat omongan-omongan masyarakat serta foto-fotonya disebarkan oleh pihak tertentu. Petugas medis yang menangani pasien Covid-19 juga mengalami berbagai tindakan masyarakat yang kurang baik misalnya dikucilkan dihindari, dll. Beberapa orang yang tidak sengaja berinteraksi dengan pasien juga mengalami tekanan psikologis dari lingkungan sekitar. Hal ini terjadi karena masyarakat sering mendapatkan berbagai berita negatif tentang penyakit ini meskipun dari data yang ada disebutkan bahwa kemungkinan sembuh penyakit ini adalah 97%.

Stigma tersebut juga sangat berpengaruh terhadap imun tubuh seseorang yang terkait Covid-19 dan akan berpengaruh dalam proses penyembuhan pasien Covid-19. Karena dengan adanya penyakit ditambah dengan beban pikiran akan perlakuan orang-orang sekitar membuat kondisi pasien menjadi down. Banyak pasien yang dikonfirmasi positif Covid-19 adalah pasien dengan riwayat penyakit tertentu. Mereka memiliki penyakit kronis kemudian dites dan ternyata positif Covid-19. Sebagian pasien-pasien itu menjadi stress dan meninggal dunia. Stigma-stigma negatif yang muncul membuat pasien berpikir dan tertekan bagaimana sikap orang-orang terhadap dirinya nanti.

Sebenarnya perilaku masyarakat tersebut diwajarkan karena pada awal pandemi, banyak dari kita yang takut dan termakan berita-berita di TV betapa mengerikannya virus Covid-19. Namun, sering berjalannya waktu penelitian-penelitian terus dilakukan dan membuat masyarakat tau bahwa virus Covid-19 tidak semengerikan seperti yang mereka pikir dulu. Semakin berjalannya waktu dan sudah setahun lamanya virus Covid-19 menyerang Negara kita, perlahan stigma-stigma masyarakat sedikit memudar. Walau tidak sedikit masih ada masyarakat yang terlalu takut terhadap virus ini.

Oleh karena itu, kita sebagai individu yang sudah memiliki pengetahuan terlebih para calon tenaga kesehatan, hendaknya bersama sama berusaha menghapus stigma-stigma yang ada di masyarakat. Mencegah dan menghentikan stigma di sekitar kita tidak sulit bila semua pihak bersatu dan sepakat untuk tidak menyebarkan prasangka buruk pada orang-orang tertentu yang terkait dengan Covid-19. Tokoh agama, tokoh masyarakat, dan calon sarjana kesehatan memegang peran penting dalam menghadapi situasi ini. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain:
- memberikan informasi atau pesan kesehatan agar selalu mengikuti protokol kesehatan kepada masyarakat
- update dengan berita-berita terkait Covid-19
- mencari tau dan mempelajari kasus-kasus Covid-19 yang sudah terjadi
- mencoba untuk mengayomi masyarakat agar mengurangi ketakutan dan kecemasan
- membantu masyarakat untuk menghindari berita hoax dan informasi yang Salah
- mengajak masyarakat agar tidak berprasangka kepada orang-orang yang datang dari luar kota atau yang memiliki gejala yang mirip Covid namun belum pasti
- memberitahu setiap kepala keluarga agar tidak bepergian jauh dan menyiapkan tempat mencuci tangan dengan sabun di air mengalir yang diletakkan di depan rumah masing-masing
- membantu agar masyarakat tau apa yang harus dilakukan bila mengalami gejala

Jangan lupa untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada diri kita dan keluarga. Pastikan selalu cuci tangan pakai sabun di air mengalir sebelum makan/minum atau menyentuh wajah, istirahat yang cukup, rutin beraktivitas fisik atau olahraga, dan konsumsi makanan bergizi atau dapat ditambah vitamin jika diperlukan.

Mari bersama-sama mencegah terjadinya stigma negatif di masyarakat. Covid-19 tidak akan menyebar jika kita tetap mematuhi protokol kesehatan dan menjaga diri kita sendiri.

Upaya yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir stigma terhadap Covid-19 yaitu dengan:
-Menyaring berita atau rumor yang beredar tentang Covid-19
-Jangan menjauhi, menolak, mendiskriminasikan mereka dimasyarakat karena ini sangat menyakitkan
-Berusaha untuk selalu berpikir positif
-Jangan membicarakan mereka, berbisik-bisik dihadapan mereka sebagai penular penyakit
-Jangan menjauhkan atau mengejek keluarga mereka karena beranggapan sebagai penular penyakit
-Berikan apresiasi kepada tenaga medis dan petugas lain yang merawat pasien Covid-19
-Memberikan dukungan dan semangat kepada pasien Covid-19

Selain itu, kita sebagai umat beragama hendaknya lebih banyak bersabar, bertaubat, beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena bagaimanapun, ini adalah ujian dari Yang Mahakuasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun