Mohon tunggu...
Aye Sudarto
Aye Sudarto Mohon Tunggu... Pekerja soaial, Pengajar

Magister Ekonomi Islam

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kemiskinan: Ancaman dan Tantangan Global

16 Oktober 2025   18:28 Diperbarui: 16 Oktober 2025   18:28 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perubahan iklim merupakan fenomena perubahan pola cuaca jangka panjang yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga meningkatkan suhu rata-rata bumi. Dampaknya tidak hanya pada lingkungan, tetapi juga meluas ke aspek sosial-ekonomi, terutama memperburuk kemiskinan. Diperkirakan 100 juta orang akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem akibat perubahan iklim pada tahun 2030 (World Resources Institute, 2018). Fenomena ini terjadi karena perubahan iklim menimbulkan bencana alam seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan yang mengancam mata pencaharian kelompok rentan, terutama petani dan nelayan di negara berkembang (WRI, 2018).

Perubahan Iklim Memperburuk Kemiskinan

Perubahan iklim secara langsung memengaruhi sektor produktif utama dalam mata pencaharian masyarakat miskin, yaitu pertanian dan perikanan. Di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Kabupaten Murung Raya, dampak perubahan iklim nyata dirasakan ketika musim tanam terganggu oleh pola cuaca yang tidak menentu dan bencana seperti banjir dan kekeringan. Kondisi tersebut menyebabkan gagal panen, berkurangnya hasil tangkapan ikan, serta menurunnya pendapatan keluarga yang bergantung pada sumber daya alam (Kompasiana, 2025). Penurunan pendapatan ini memicu ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, sehingga kemiskinan semakin mengakar.

Selain itu, perubahan iklim juga memperbesar ketimpangan sosial dan gender. Di Indonesia, perempuan seringkali menjadi kelompok paling terdampak karena keterbatasan akses terhadap sumber daya dan informasi adaptasi (Kementerian PPN/Bappenas, 2025). Bencana alam yang dipicu iklim juga meningkatkan risiko kehilangan aset dan pekerjaan, yang menyulitkan pemulihan keluarga miskin.

Menurut Kementerian PPN/Bappenas (2025), sekitar 3,61 juta orang miskin terdampak perubahan iklim di sektor kelautan, 9,25 juta di sektor pertanian, dan 1,43 juta di sektor kesehatan. Total populasi miskin yang terkena dampak ini menambah beban pengentasan kemiskinan di Indonesia. Perubahan iklim menyebabkan fluktuasi hasil produksi, gangguan rantai pasok pangan, serta kerentanan ekonomi, terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki diversifikasi sumber penghasilan (Kementerian PPN/Bappenas, 2025).

Kebijakan Mitigasi Pengurangan Dampak

Untuk mengatasi dampak tersebut, aksi adaptasi yang integratif dan transformatif sangat diperlukan. Contoh sukses seperti Kota Rotterdam memadukan infrastruktur hijau (atap hijau, taman penampung air) dan kebijakan perkotaan adaptif untuk mengelola risiko banjir sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah (WRI, 2018). Di Indonesia, program adaptasi seperti Sekolah Lapang Iklim BMKG telah diterapkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat menghadapi iklim ekstrem (BMKG, 2025).

Pemerintah Indonesia juga mengintegrasikan adaptasi iklim ke dalam Rencana Pembangunan Nasional dengan fokus pada sektor pertanian, kesehatan, dan infrastruktur untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi kemiskinan (WRI, 2018; Kemenkeu, 2025). Selain itu, kebijakan perlindungan sosial juga diperkuat untuk mendukung pekerja dan masyarakat miskin menghadapi transisi menuju ekonomi rendah karbon, termasuk pelatihan ulang dan jaring pengaman sosial (Green Network, 2025).

Pemerintah bersama berbagai lembaga dan sektor swasta harus meningkatkan pendanaan iklim yang berorientasi pada manfaat sosial, seperti pengurangan kemiskinan dan kesetaraan gender (CIFOR, 2021). Pendekatan lintas sektor sangat penting untuk mengatasi kerentanan masyarakat miskin sekaligus memperkuat ketahanan nasional (Setneg, 2025). Program mitigasi perubahan iklim harus disinergikan dengan usaha pengentasan kemiskinan agar dampak negatifnya dapat diminimalkan (Rachmat Witoelar, 2015).

Perubahan iklim memperparah kemiskinan melalui gangguan mata pencaharian masyarakat rentan, terutama di sektor pertanian dan kelautan. Dampak ini diperparah oleh ketimpangan sosial dan keterbatasan akses adaptasi. Oleh karena itu, upaya adaptasi yang komprehensif dan inklusif, disertai kebijakan perlindungan sosial serta pendanaan iklim yang tepat sasaran, menjadi kunci untuk mengurangi risiko kemiskinan iklim. Indonesia memiliki peran strategis dalam mengintegrasikan kebijakan iklim dan pengentasan kemiskinan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. as

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun