Mohon tunggu...
Cerpen

Cinta, Jodoh, Pernikahan

19 September 2018   12:36 Diperbarui: 19 September 2018   12:44 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alhamdulillah,  jelang Ramadan kemarin saya mendapat kebahagiaan bertubi-tubi. Bertemu lelaki yang dalam pertemuan kedua langsung bersedia mengajakku menikah, setelahnya mendapat restu ke dua orang tua masing-masing dengan sangat mudah. Segala proses yang didasari niatan baik akan selalu dimudahkan jalannya, insyaAllah. 

Pasca menerima ajakan baik mas Syihab, semua lini massa ramai membincang kami (nggak jumawa sih, tapi kayaknya nyata emang, haha). Banyak beberapa teman saya kaget, heran, syok, dan sempat gak percaya.

"Hah beneran ay? Kok hujug-hujug banget sih?". "Sumpah, aku kaget, haru plus bahagia, akhirnya kamu mantap di satu orang ya". "Kapan tah ketemunya ay? Perasaan gapernah pacar-pacaran kok udah khitbah aja sih", dan seabrek pernyataan sejenisnya.

Memang, seingatku terhitung kenal mas Syihab awal Mei ini. Kalau kataku, kisah kami ini unpredictable banget. Kenalan lewat dunia maya instagram dan berlanjut ke whatsapp. Satu yang baru saya tahu bahwa ternyata, sehari sebelum bertemu aku untuk pertama kalinya, mas Syihab minta restu dan ijin ke orangtuanya dengan menunjukkan fotoku terlebih dahulu. Kemudian, minta restu kepada guru spiritualnya juga. Setelah beliu-beliau mengijinkan dan mengiyakan, barulah mas Syihab berani mengajakku kopdar. 

Selang dua minggu pasca pertemuan pertama itu, kami melakukan jumpa kedua dengan perasaan yang kami bawa masing-masing. Tepat pada malam itu, mas Syihab mengungkapkan kesediaannya menjadi partner hidupku. Dengan tegasnya dia mengatakan bahwa ia butuh jawaban malam itu juga. Jika bersedia mari kita lanjutkan, kalau tidak bersedia jawab sekarang, dan jika masih ragu ungkapkan keraguannya. Kujawab langsung bahwa saya bersedia menemaninya berjuang.

Satu minggu kemudian, mas Syihab datang ke rumah bertemu kedua orang tua saya dan memintaku kepada bapak seorang diri. Memintaku untuk dipersunting, memintaku untuk menemaninya berhidup, memintaku untuk menjadi istrinya.

Untuk seorang Bapak, ada haru dan syukur bahwa ada lelaki bertanggung jawab yang bersedia mempersunting anak perempuannya. Mempercayakan peralihan tanggung jawab dan penjagaan diri sang anak selama puluhan tahun kepada orang baru bukan hal mudah bagi orang tua memang. Namun, Bapak pun demikian, ada kemantapan yang tidak bisa diungkapkan saat menerima mas Syihab. 

Tepat pada lebaran ke delapan, keluarga mas Syihab datang ke rumah untuk mengkhitbahku. Segala haru dan bahagia tumpah ruah saat itu juga.

Berarti tidak ada dua bulan proses perkenalan sampai khitbah yang kami jalani. Syukur tiada henti, karena semua ini tidak lepas dari kasih Allah dan semua elemen yang mendukung dan mendoakan kami berdua. Syarat jodoh itu MUDAH.

Seperti yang sudah saya tuliskan beberapa waktu lalu bahwa kemantapan hati itu perjalanan spiritual tersendiri. Kali ini, saya mengalaminya bahwa ternyata saya sudah mantap tanpa alasan dan tendensi apapun saat jumpa pertama dengan mas Syihab. Bahkan, saya belum kenal dan tau banyak latar belakang dia seperti apa.

Seperti kata mas Syihab ;  jika Tuhan sudah menentukan, semesta pasti mendukung. Benar, setelah kesediaan kami berniat menikah, semua hal kebuka dengan sendirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun