Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

ChatGPT, Puisi, dan Nasib Para Penyair

18 Februari 2023   17:34 Diperbarui: 18 Februari 2023   19:43 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi chatGPT dari OpenAI. Kompas.com/ Wahyunanda Kusuma

Kemarin di grup WA KPB ada sedikit kegaduhan. Pemantiknya Kompasianer Acek Rudy. Ia membagi beberapa puisi di grup. "Ada komentar? tanya Acek Rudy.

Puisinya terdiri beberapa bait. Sengaja saya kutip hanya dua bait per puisi.

Ini dia.

1.
Hujan, hujan, di sini hujan
Terlihat jelas di langit biru
Kita bisa merasakan hujan ini
Indahnya alam ini, menyentuh hati

Rahasia alam, hujan mengalir
Mengalir lembut dari langit biru
Merangsang emosi, mendorong angan-angan
Menggetarkan jiwa, mengubah dunia

2.
Hujan yang turun tak pernah berhenti
Kita pun menari bersama bintang
Mendengar suara angin yang bergema
Kita pun bersuka dan berjoget

Mata kita tertuju pada awan
Hujan pun turun membasahi bumi
Kita pun berlari menyambutnya
Menyanyikan lagu yang indah

Beragam tanggapan dari kawan-kawan di grup. Ada yang bilang bagus, biasa saja, ada juga yang tak berkomentar.

Saya sendiri melihatnya seperti ditulis orang yang baru belajar menulis (saya sendiri juga sebenarnya masih belajar). Hanya deretan kalimat berita biasa saja. Walaupun susunan kata-katanya terlihat rapi.

Takada yang aneh. Jadi, apa masalahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun