Ada semacam anggapan, bahwa untuk menilai sebuah karangan yang baik lihat cara pengarang membuka dan menutup cerita. Untuk sebuah novel, dua sampai lima halaman pertama, kalau tidak bisa menghisap pembaca, siap-siap saja bila novel itu nanti dilempar. Kecuali bagi penggila baca.Â
Seburuk apa pun sebuah cerita, bagi penggila baca tetap 'bermanfaat'. Setidaknya bila suatu saat nanti Ia akan mengarang, ia akan menulis lebih baik daripada yang ia baca.Â
Bagaimana dengan cerpen? Sama saja.Â
Memang kesulitan pertama biasanya-- baik pemula maupun yang sudah terbiasa menulis--adalah mengawali cerita. Terkadang kita berkutat cukup lama memikirkan kalimat yang pas. Jadi, bagaimana caranya?
Perlu diingat karakter cerpen itu sendiri. Cerpen itu singkatan dari kata 'cerita pendek'. Jadi kita membeberkan dan menyelesaikan masalah secara singkat. Tidak bertele-tele, tapi juga tidak terburu-buru. Jadi untuk mengawali cerpen sebaiknya digedor langsung permasalahan, dan masalah itu dikembangkan sedemikian rupa. Terserah tema apa yang mau diusung: Cinta, keluarga, masalah-masalah sosial yang sedang hangat, cerita hantu, atau cinta yang menghantui (seperti dirimu, ehm), dan seterusnya.Â
Bisa dimulai dengan narasi, atau petikan dialog langsung.Â
"Is, sudah dengar ramalan tentang kamu?"
"Ramalan apa?"
"Katanya kamu akan jadi pacar aku."
"Hah? Ramalan siapa?"