Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pedagang Keliling, Istri yang Tak Tahan Godaan, dan Seni Perang ala Sun Tzu

17 September 2019   23:02 Diperbarui: 18 September 2019   19:14 4145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com

Sun Tzu! Ya, aku teringat dengan seni perang ditulis Sun Tzu, berabad silam. Untuk memenangkan pertempuran, demikian Sun Tzu, kita harus mencermati titik kelemahan dan kekuatan lawan. Buat kamuflase, seolah-olah kita menyerang dari Barat, padahal kita menyerbu dari Timur. Buat kesan seolah-olah kita lemah, hingga musuh menjadi lengah. Buat kekacauan, rampok rumah yang terbakar. Bersekutu dengan orang-orang yang tidak suka dengan musuh kita. 

Fuih! Ini bukan perang baku bunuh. Tapi teori dapat diterapkan dalam kehidupan biasa. Bahkan, konon, dunia bisnis juga mengadopsi seni perang ala Sun Tzu Ini. 

Tapi, tapi bagaimana caranya? 

***

Setelah beberapa hari akhirnya aku mendapat ide. Aku akan melakukan seperti apa yang dilakukan pedagang keliling itu. Ya, aku akan berdagang. Ini tentu sesuatu yang tak dapat diduga sama sekali. Rencana bagus tak boleh bocor. Makanya aku tak memberi tahu istriku. 

Saat libur kantor aku pergi ke Pasar Pagi, tentu tanpa sepengetahuan istriku. Segala macam kubeli, dari perabotan dapur, pakaian, mainan anak, dan banyak lainnya lagi. Setelah kulihat nota jumlah belanjaanku sekitar tiga juta rupiah. Semuanya kusatukan, kumasukkan ke dalam karung. Barang belanjaan itu kutitipkan di rumah kawanku. Aku tidak ingin rencana ini diketahui istriku.

Hm, sekarang tinggal mengatur strategi. 

Serang titik terlemah dari pertahanan musuh, aku ingat Sun Tzu. Istrinya, ya, istri pedagang keliling itu. Perempuan adalah titik terlemah. Aku akan jual daganganku semurah mungkin. Satu juta, ya, satu juta. Siapa yang tak tergiur barang seharga sekitar tiga juta, dijual hanya satu juta saja. Tentu aku, aku akan rugi sekitar dua juta. 

Bukan ke sana hitunganku.

Aku membayangkan betapa jengkelnya pedagang keliling itu kepada istrinya, karena istrinya membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan. Mereka bertengkar? Rasakan! Mereka bercerai? Bukan urusanku! Mm, ini pembalasan yang amat manis, aku membayangkan. 

Rampok rumah yang terbakar, masih kata Sun Tzu. Aku tahu dari cerita istriku, bahwa pedagang keliling itu sedang butuh uang untuk keperluan pengobatan orangtuanya yang sedang sakit. Ini dia! Mereka sedang susah, akan kubuat lebih susah lagi. Mm, merampok rumah yang terbakar. Rasanya, saat ini juga aku mau menjura -menangkupkan kedua tangan-  di hadapan Sun Tzu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun